Senin 28 May 2018 18:00 WIB

Monica Apricio: Islam Jalan Terbaik Bagiku

Monica Apricio memang sengaja memancing putrinya agar bertanya tentang Tuhan.

Mualaf
Foto: Onislam.net
Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Siapakah Tuhan itu?” tanya seorang anak perempuan kepada ibunya. Monica Apricio memang sengaja memancing putrinya agar bertanya tentang Tuhan. Seperti kebanyakan masyarakat Meksiko, Monica adalah penganut Katolik. Ia adalah pemeluk agama yang taat. Meski begitu, suaminya adalah seorang Muslim.

Meski telah berjanji kepada sang suami untuk membesarkan putrinya dengan ajaran Islam, Monica berupaya menanamkan ajaran Katolik kepada putrinya. Ia kerap membacakannya injil, membawakannya salib dan alat apa pun yang dipakai umat Kristiani untuk beribadah. Semua itu dilakukannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan suaminya.

Setiap pagi dan malam hari, Monica meminta putrinya yang bernama Fatma untuk mencium salib. Sebelum tidur, ia meminta Fatma untuk bertanya kepada Yesus tentang apa pun. Fatma pun kerap bertanya tentang para santa, perawan Maria, dan masih banyak lagi. Sampailah pada suatu malam ketika Fatma dan ia tidak punya lagi sesuatu untuk ditanyakan.

photo
Kata 'Allah' (Ilustrasi)

“Maka, kukatakan kepadanya, tanyalah tentang Tuhan,” ujar Monica seperti dikutip laman turnonislam. Mendengar putrinya bertanya tentang Tuhan, Monica pun menjawabnya dengan enteng, “Tuhan adalah pencipta manusia dan segala yang ada di bumi ini. Dan Tuhan abadi selamanya.”

Mendengar jawaban sang ibu, Fatma pun memberikan salib kepada ibunya. “Siapa yang ada di salib itu,” tanya Fatma.

“Itulah Tuhanmu, anak Tuhan.”

Fatma pun terheran mendengar jawaban sang ibu.

“Tadi, ibu berkata kepadaku bahwa Tuhan abadi selamanya.

Lalu, bagaimana mungkin Tuhan bisa mati?”

 

Monica pun terkejut bukan kepalang. “Tidak pernah dalam hidup aku mendapatkan pertanyaan seperti itu,” ujarnya. Kekagetannya kian bertambah ketika putrinya terus mencecarnya dengan pertanyaan susulan. “Dari mana Tuhan berasal?” tanya Fatma.

“Tuhan berasal dari perawan Maria.”

Sejurus kemudian, sebuah pernyataan yang mulai menggoyahkan iman Monica meluncur dari bibir putrinya. “Oh, jadi dia dilahirkan? Kalau dia abadi, berarti dia tidak dilahirkan.”

“Dan itu membuatku berpikir dan menggoyahkan kekristenan yang ada di hatiku. Aku kebingungan,” tutur Monica.

Perbincangan dengan putrinya itu telah membuat hatinya galau. Ia berupaya untuk segera mencari jawaban atas pertanyaan itu. Monica pun segera bergegas menuju gereja untuk mencari jawaban. Ia berbincang dengan orang yang biasa diajaknya berdiskusi tentang agamanya.

Monica merasa imannya terhadap kekristenannya terpecah belah. Penjelasan dari pemuka gereja tentang Tuhan tak bisa memuaskan rasa ingin tahunya. “Mereka mengatakan agama tersebut (Katolik) harus ia ikuti karena Tuhan yang menyuruh manusia untuk melakukan itu,” papar Monica.

Ketika Monica menuntut bukti, mereka hanya memberikan Monica Injil. Namun, Injil itu telah mengalami revisi, sedangkan ia menginginkan bukti yang sebenarnya. Setelah tak mendapat penjelasan yang masuk akal, Monica pulang dengan kecewa.

Selama ini, Monica dibesarkan dengan ajaran Katolik yang menjadi pedoman bagi hidupnya. Ia lalu kecewa karena orang yang mengerti agama itu sendiri tak mempunyai alasan logis untuk menjawab pertanyaannya tentang mengapa Tuhan dilahirkan dan mati.

Monica dibesarkan dengan ajaran agama Katolik oleh ibu dan kakeknya. Tidak pernah terpikir olehnya akan merasakan keraguan yang sangat atas kepercayaan yang dianutnya. Ketika ia kecil, setiap pekan, kakek dan ibunya selalu mengajaknya ke gereja untuk menghadiri misa.

Ia diajarkan tentang Kristen yang memiliki kekuasaan terhadap hati setiap manusia. Menurut Monica, mereka tidak memberikan penjelasan terhadap agama, tetapi menyuruh agar mereka memercayai agama itu. “Orang-orang mendengarkan misa, tetapi tidak benar-benar memahami apa maksudnya. Itu seperti mengatakan, ‘percaya sajalah’,”

Ada kekosongan di hatinya ketika ia tidak mendapatkan jawaban yang dicarinya. Ia sangat bingung,karena setelah imannya goyah, Monica memilih tak lagi bertuhan. Sebagai seorang wanita yang dilahirkan dengan kepercayaan, Monica mengaku merasa tidak mampu menghadapi hidupnya apabila tidak mempunyai kepercayaan. Ia pun berdoa kepada Tuhan, Pencipta yang dipercayai ada, dan memohon petunjuk dari-Nya. “Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan dan apa yang harus kupilih: Islam atau Kristen?” Ia berdoa dan terus berdoa memohon petunjuk.

Sampai akhirnya tiga hari sebelum Ramadhan tiba, ia bermimpi. Dalam mimpinya, ia memakai kerudung dan gamis putih. Monica melihat dirinya sendiri bagai seorang Muslim. Ia melihat kedua putrinya di kedua sisinya, berpakaian sama. Mereka berada di sebuah ruangan kecil, bersujud, dan berdoa kepada Allah.

Di sebelah kanan, ia melihat sebuah pintu kecil. Ia melihat setan. Bentuknya sangat mengerikan dan berdiri di sana menatap mereka. Setan itu tidak bisa masuk. Namun, kata-katanya berusaha memengaruhi Monica agar tidak memeluk Islam. “Setan itu berkata, ‘Jangan kau menjadi Muslim’. Sungguh mengerikan,” kenangnya.

Secara tiba-tiba, dari mulut Monica terucap kalimat yang belum pernah diungkapkannya, Ia mengucapkan Ta’awud, “ Audzubillahiminassyaitonirrojim”. Setelah itu, tak ada lagi rasa takut ketika kalimah itu terucap. Mereka kembali melanjutkan doa. Setiap kalimat takbir yang mereka ucapkan membuat tubuh mereka semakin besar dan semakin besar. Pada saat sujud terakhirnya, ia terbangun dari mimpinya. Hari menunjukkan subuh pada saat itu.

“Mimpi itu mengubah hidupku. Aku 100 persen yakin Tuhan menjawab pertanyaanku. Dan Islam adalah jalan terbaik bagiku,” setetes air mata jatuh di pipinya ketika ia menceritakan mimpi tersebut.

Ia segera mengatakan hal tersebut kepada suaminya dan berkata bahwa ia harus segera masuk Islam. Maka, sang suami mengajaknya ke Alaukaf. Ia mengucapkan syahadat di sana. Sejak saat itu, ia resmi menjadi seorang Muslim.

Tak mudah bagi Monica Apricio menjadi Muslimah. Sejak menganut Islam, ia berganti nama menjadi Iman Apricio. Hal tersulit setelah menjadi mualaf adalah mengaku kepada orang tuanya. “Ini adalah tantangan yang luar biasa bagiku,” ujarnya seperti dikutip lama turntoislam. com.

Monica berusaha untuk mengundur-undur pertemuan dengan orang tuanya. Namun, cepat atau lambat orang tuanya pasti akan mengetahuinya juga. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertemu keluarganya dan mengatakan tentang keislamannya.

Saat pertama kali datang ke rumah orang tuanya, sang ibu memintanya untuk membuka kerudungnya. Ia belum mengerti apa arti kerudung bagi seorang Muslim. Namun, Monica tidak mau membukanya. Baginya, kerudung adalah keyakinannya.

Sang ibu dan keluarganya yang lain ingin tahu apa yang dilakukan sebagai Muslim. Ketika mereka melihatnya menunaikan shalat, mereka berpikir bahwa Monica sedang melakukan olahraga atau mulai memercayai Bunda Teresa di India.

"Tapi, aku menjelaskan kepada mereka bahwa itu adalah salah satu kewajibanku sebagai Muslim. Itu adalah bagian dari agamaku,"kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement