Sabtu 08 Mar 2014 16:17 WIB

Bangsawan Inggris yang Memilih Islam

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Chairul Akhmad
  Sir Abdullah Archibald Hamilton (kanan).
Foto: Wordpress.com
Sir Abdullah Archibald Hamilton (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, Sir Abdullah Archibald Hamilton Bart (sebelumnya Sir Charles Edward Archibald Watkins Hamilton) adalah negarawan Inggris yang terkenal di masanya.

Lahir pada 10 Desember 1876, dari ayah bernama Sir Edward Archibald Hamilton, dan ibu Mary Elizabeth Gill. Ayahnya bergelar Baronet keempat dari Trebishun, Breconshire, dan Baronet kedua dari Keluarga Marlborough, Hampshire.

Hamilton mewarisi dua gelar kebangsawanan baronet tersebut setelah kematian ayahnya. Delapan tahun sesudahnya, tepatnya pada 20 Desember 1923, ia memutuskan menjadi mualaf.

Selama hidupnya, Sir Abdullah menikah tiga kali dan bercerai dua kali. Istrinya, Lilian Austen alias Lady Hamilton yang dinikahinya pada 1927 juga masuk Islam dan dikenal dengan nama ‘Miriam’.

Sir Abdullah memiliki pangkat Letnan di Royal Defence Corp (sebuah korps di Angkatan Darat Inggris yang didirikan pada 1917 dan dibubarkan pada 1936). Di samping itu, dia juga menjabat sebagai Presiden Selsey (Sussex) Conservative Association. Di luar itu, apa yang membuat  memilih Islam sebagai jalan hidupnya?

Meskipun lahir dan dibesarkan sebagai seorang Kristen, Hamilton tak pernah bisa memercayai aspek dogmatis Gereja yang menurutnya selalu menempatkan akal sehat di bawah kepercayaan buta. Seiring berjalannya waktu, keinginannya untuk menemukan kebenaran tentang Sang Pencipta semakin membuncah.

“Aku menemukan, baik Gereja Roma maupun Gereja Inggris (Anglikan), pada akhirnya tidak membawa manfaat nyata bagi diriku,” ujar Hamilton seperti dikutip dari IfoundIslam.net.

Selama perjalanannya menemukan hidayah Allah, Hamilton mengaku hanya menuruti kata hati nuraninya. Setelah mempelajari Islam, ia melihat agama ini ternyata sangat sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan. Seperti soal zakat misalnya.

Di situ, jelas ada perintah kepada orang-orang kaya untuk membantu golongan miskin. Selain itu, cara Islam mengatur soal hak kepemilikan individu dan komunal menurutnya sangat menakjubkan.

“Islam pun secara tegas juga melarang para penganutnya berjudi, mengonsumsi minuman beralkohol, serta memungut riba. Semua hal yang diharamkan oleh agama ini terbukti membawa malapetaka dan penderitaan bagi umat manusia,” ujar Sir Abdullah.

Konsep persamaan manusia yang dituangkan Allah lewat Alquran juga membuat Hamilton semakin mengagumi Islam. Dalam agama ini, tidak ada istilah dosa warisan. Lebih jelasnya, semua manusia terlahir dalam kondisi suci dan tidak menanggung beban dosa orang lain.

Tambahan lagi, ikatan persaudaraan sesama Muslim yang dilandasi oleh keimanan telah membuktikan betapa agama ini begitu menghargai kesetaraan, tanpa memandang latar belakang ekonomi, status sosial, dan jenis kelamin.

“Islam benar-benar membimbing manusia dalam keseharian karena ajarannya yang universal menyentuh seluruh aspek kehidupan,” tuturnya.

Sir Abdullah Archibald Hamilton mengembuskan nafas terakhir pada pagi hari, 18 Maret 1939. Prosesi ritual pemakamannya diselenggarakan oleh rekan-rekannya dari komunitas Muslim Masjid Woking (Inggris Tenggara). Jenazah Hamilton dikuburkan di Pemakaman Muslim Brookwood.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement