Sabtu 26 Dec 2015 21:21 WIB

KH Mawardi Labay El Sulthani, Sang Pendidik dari Tanah Minang

Rep: irwan kelana/ Red: Damanhuri Zuhri
KH. Mawardi Labay
Foto:
KH Mawardi Labay (kanan) bersama Datuk Hakim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Afrizal Sinaro mengungkapkan, selama berdakwah, KH Mawardi Labay aktif mengajar di majelis taklim ibu-ibu dari rumah ke rumah, masjid, dan perkantoran.

Intensitas dakwah ini perlahan melambungkan namanya hingga dipercaya mengisi taklim di hampir semua departemen, lembaga tinggi negara, dan stasiun televisi kala itu. Kiai Mawardi pernah didaulat sebagai guru spiritual Departemen Pekerjaan Umum kala itu.

Gaya berceramah Mawardi sangat khas. Bahasanya sederhana, mudah dipahami, kadang dengan gaya daerah Minangkabau dengan pepatah-petitihnya dan selera humor yang tinggi.

“Mottonya dalam berdakwah adalah Membawa Umat Supaya Sukses dan Selamat. Sukses di dunia selamat di akhirat,” kata Afrizal memaparkan.

Ciri khas Kiai Mawardi Labay inilah yang justru menjadi magnet dan daya tarik. Ceramahnya tidak hanya diterima kalangan bawah, tetapi juga masyarakat kelas menengah ke atas yang didominasi kaum ibu.

Mereka rata-rata mulai belajar mengaji di usia yang tak lagi muda, meski materi mereka berlimpah. Salah satu jamaahnya adalah Ibu Rahman Tamim, Jakarta. “Rahman Tamim merupakan raja tekstil pada 1980-an,” ungkap Afrizal.

Kiprah dakwah Mawardi tak hanya di dalam negeri. Ia berdakwah hingga ke mancanegara, khususnya ke Malaysia. Dunia dakwah ini pulalah yang mendekatkannya kepada sejumlah tokoh ulama ternama seperti Buya Hamka dan Nurdin Hakami. 

 

Menurut Afrizal, salah satu kebiasaan Mawardi saat berceramah adalah membagikan catatan poin-poin penting materi ceramah kepada jamaah. Hingga suatu saat, seseorang memberikan saran agar catatan tersebut dibukukan. Muncullah gagasan mendirikan perusahaan penerbit buku.

Pada 1994, atas inisiasi Mawardi dan Afrizal berdirilah PT Al Mawardi Prima. Semula, penerbit ini hanya menerbitkan buku-buku karya Mawardi, tetapi seiring perjalanannya banyak menerbitkan karya tulis lebih dari 30 judul. Beberapa di antaranya bahkan masih dicetak ulang. “Oplahnya ada yang menembus ratusan ribu eksemplar,” ungkap Afrizal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement