Rabu 27 Dec 2017 21:24 WIB

Ini Dua Pelajaran Penting dari Perang Khaibar

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)
Mencintai Nabi Muhammad SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ingatkah dengan perang Khaibar? Perang ini terjadi karena kaum Yahudi melanggar perjanjian dengan membantu kafir Quraisy menyerang umat Islam dalam Perang Khandaq. Setelah perjanjian Hudaibiah antara Umat Islam dan kafir Quraisy disepakati, pasukan umat Islam lalu mengepung kaum Yahudi di benteng Khaibar. Peperangan ini berakhir dengan kemenangan pasukan umat Islam.

Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa Khaibar merupakan sebuah daerah terkenal di sebelah utara Jazirah Arab, yang didiami oleh bangsa Yahudi. Mereka  memiliki perjanjian berisi kesepakatan bahwa mereka tidak akan  membantu musuh-musuh Rasulullah SAW (netral). Mereka masih menepati perjanjian mereka hingga tokoh-tokoh bani Nadhir datang ke daerah mereka setelah diusir oleh Rasulullah SAW dari Madinah.

Di antara mereka adalah Sallam bin Abi al-Huqaiq, Huyay bin Akhthab. Mereka diangkat sebagai pemimpin oleh kaum Yahudi di Khaibar dan mulai melakukan perlawanan terhadap umat Islam. Mereka memprovokasi kaum Quraisy untuk membentuk koalisi hingga terjadilah Perang Ahzab.

Mereka membujuk kabilah-kabilah Arab untuk menyerang umat Islam. Mereka juga mendorong bani Quraisy untuk melanggar perjanjian. Setelah Perjanjian Hudaibiah ditandatangani, umat Islam segera menyerang Khaibar dari arah selatan dan memusatkan perhatian mereka pada kaum Yahudi.

Sekembalinya dari Perjanjian Hudaibiah, umat Islam beristirahat di Madinah selama bulan Dzulhijah dan beberapa hari di bulan Muharam. Setelah itu, Rasulullah SAW menyerang Khaibar pada bulan Muharam tahun ketujuh Hijriah.

Terlebih Allah SWT telah menjanjikan kemenangan kepada umat Islam setelah perjanjian Hudaibiah, sebagaimana yang disebutkan dalam surah al-Fath yang diturunkan ketika terjadi Perjanjian Hudaibiah.

Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon. Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat, dan harta rampasan perang yang banyak yang akan mereka peroleh. Dan Allah Mahaperkasa Mahabijaksana.” (Al-Fath:18-19).

Inilah yang kemudian benar-benar terjadi, kaum Yahudi Khaibar mengadakan koalisi dengan kabilah-kabilah Ghathafan. Karena itu, strategi Rasulullah SAW difokuskan pada pemutusan bantuan dari Ghathafan ke Khaibar. Untuk melaksanakan strategi ini, Rasulullah SAW mengerahkan pasukannya dalam dua kelompok.

Ketika Ghathafan mendengar informasi tersebut, ia menyiapkan dan mengerahkan pasukannya ke Khaibar. Rasulullah SAW mengetahui gerakan pasukan Ghathafan ini, karena itu beliau segera mengirim pasukan yang bertugas untuk menyerang rumah-rumah mereka. Ketika pasukan Ghathafan mengetahui hal ini, mereka segera kembali ke tempat semula untuk menyelamatkan keluarga dan harta bendanya, dan tentunya meninggalkan Khaibar untuk menentukan nasibnya sendiri.

Pasukan umat Islam dapat menaklukan benteng-benteng Khaibar satu demi satu sehingga beberapa benteng pun dapat dikusai, seperti benteng Na’im, ash-Sha’b, Ubai, an-Nazzar, dan al-Qamush. Mesikipun begitu mereka melakukan perlawanan sengit sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang telah terkepung.

Penaklukan benteng Na’im membutuhkan waktu sepuluh hari. Kaum Yahudi melarikan diri dari benteng yang satu menuju benteng lainnya hingga akhirnya mereka menetap dalam benteng al-Wathih dan as-Salalim.Dalam kondisi seperti inilah, mereka meminta perdamaian. Ketika itu, penduduk Fadak memasuki wilayah utara Khaibar.

Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi meninggalkan harta benda dan budak-budak mereka, serta mereka boleh menyelamatkan diri hingga bergabung dengan penduduk Fadak. Orang-orang Yahudi menawarkan diri untuk mengurus harta kekayaan mereka dengan upah mendapatkan separuh harta yang mereka bayarkan kepada umat Islam. Rasulullah SAW menyetujui permintaan mereka dan penduduk Fadak juga melakukan hal yang sama.

Kerugian yang diderita oleh orang-orang Yahudi dalan perang Khaibar adalah 93 orang terbunuh, diantaranya Marhab al-Yahudi salah seorang ahli perang mereka. Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay bin Akhthab yang kemudian dibebaskan oleh Rasulullah SAW dan beliau nikahi. Adapun kerugian umat Islam adalah sebanyak dua puluh orang terbunuh.

Perang ini memberikan dua pelajaran penting kepada kita yaitu memecah belah musuh dan menghabisi mereka satu demi satu itu sangat dibutuhkan. Kalaulah Rasulullah SAW tidak membatasi gerakan kaum Quraisy tentulah umat Islam tidak mampu berkosentrasi melawan orang-orang Yahudi. Kemudian jika beliau tidak menyibukkan Ghatafan dengan urusannya sendiri, tentunlah beliau akan berhadapan dengan musuh yang jauh lebih kuat dalam benteng-benteng yang kokoh dan sulit ditembus.

Adalah kesalahan besar jika membiarkan musuh beristirahat, mempunyai waktu yang cukup untuk bersenang-senang, mempersiapkan persenjataan, dan membentuk koalisi untuk menyerang. Umat Islam harus memanfaatkan kesempatan yang tepat untuk menyerangnya sebelum mereka mulai menyerang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement