Senin 28 Sep 2015 07:05 WIB

Ini Makna Idul Adha Bagi Muslim Inggris

Rep: C27/ Red: Ilham
Muslim Inggris saat melaksanakan shalat Jumat di jalanan Kota London.
Foto: dailymail.co.uk
Muslim Inggris saat melaksanakan shalat Jumat di jalanan Kota London.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Idul Adha bagi Muslim Inggris menjadi acara merefleksikan diri pada serangkaian tragedi yang menimpa umat Islam. Begitu banyak krisis yang meliputi perang sehingga menimbulkan tingginya Islamfobia dan sikap intoleransi terhadap Muslim.

"Idul Adha adalah waktu untuk semua merenungkan apa yang penting bagi kita, menghabiskan waktu dengan keluarga dan ingat mereka yang menderita di dunia," kata Kalsoom Bashir, Direktur Inspire, sebuah organisasi hak yang berbasis di Inggris difokuskan pada menentang radikalisme dan memberdayakan perempuan, dilansir dari OnIslam, Senin (28/9).

Tahun-tahun sebelumnya Muslim Inggris dapat merayakan Idul Adha dengan tenang menggunakan pakaian baru, makanan enak, dan kegiatan-kegiatan menyenangkan bersama keluarga dan juga lainnya. Kali ini Muslim London diminta untuk melihat apa yang terjadi pada Islam di dunia.

"Ini mengagumkan untuk melihat Muslim Inggris bergabung dengan orang lain di seluruh negeri untuk membantu mereka yang terkena dampak konflik mengerikan di Suriah, yang telah begitu sangat menderita baik dari rezim Assad dan ISIS," kata Bashir.

Ia meminta Muslim Inggris lebih berinisiatif besar untuk membantu sudara-saudara seiman yang sedang mengalami kesulitan. Begitu banyak yang harus dilakukan dengan gerakan cepat agar langait mendung yang menaungi Islam segera berakhir.

"Masyarakat historis Muslim selalu begitu lambat dan sangat terbatas dalam merespon krisis. Dalam kasus Yaman misalnya, tanggapan sedikit dan jauh. Ini benar-benar gejala dari sikap apatis agama kita kepada penderitaan," kata Dr Riaz Karim, pendiri organisasi Mona Relief, sebuah badan amal yang telah mendistribusikan bantuan kepada negara-negara yang dilanda perang seperti Yaman.

Menurutnya, agama Islam begitu sangat menjungjung tinggi nilai tolong menolong dan kebersamaan. Namun pada kenyataannya, Muslim dalam kasus tersebut berperilaku begitu egois. Dengan begitu Muslim harus segera berubah dan mulai peduli dan memperhatikan kebutuhan umat Muslim lain yang sedang mendapatkan kesulitan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement