Rabu 24 Apr 2019 18:00 WIB

Arsitektur Islam di Yerusalem

Kubah batu disebut ikonik arsitektur Islam di Yerusalem

Yerusalem
Yerusalem

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama berabad-abad, kota tua Yerusalem dikenal sebagai tanah suci ketiga bagi umat Islam setelah Makkah dan Madinah. Di sanalah terletak kompleks Haram asy-Syarif,  yang pernah menjadi kiblat pertama umat Nabi Muhammad SAW.

Di kompleks itu pula berdiri sejumlah bangunan yang mencerminkan tingginya kualitas seni arsitektur Islam. Bangunan-bangunan itu, di antaranya Kubah Batu (Dome of the Rock atau Kubah Sakhrah) dan Masjidil Aqsa.

Adalah Khalifah Abdul Malik dari Dinasti Umayyah yang membangun Kubah Batu pada 688-692 Masehi. Bangunan ini kerap disebut sebagai karya pertama sekaligus simbol paling ikonik dari khazanah arsitektur Islam.

Sesuai namanya, di dalam bangunan ini terdapat sebuah situs batu besar yang diyakini sebagai tempat berdiri Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isra Mi'’raj menuju Sidratul Muntaha.

Dalam buku Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban dijelaskan, bangunan ini didirikan di atas batu atau karang (sakhrah). Pada batu karang itu terdapat jejak kaki Nabi Muhammad SAW. Kini, jejak kaki Rasul atau batu yang menjadi tambatan buraq itu terdapat di bagian dalam Kubah Batu.

Tempat itu juga disebut Gunung Moria yang dipercaya kaum Yahudi dan Kristen sebagai tempat Nabi Ibrahim AS mempersiapkan dirinya untuk mengurbankan putranya, Ishak AS. Nama lain dari bangunan ini, yaitu Gunung Kuil yang diyakini sebagai tempat peribadatan Nabi Sulaiman AS.

Nah, sebagai bentuk penghormatan kepada batu suci itulah, Khalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu. Oleh sang khalifah, bangunan ini dibuat sedemikian cantik dengan memberi sentuhan kilauan emas di bagian kubahnya. Ia berharap Kubah Batu bisa menjadi ikon keunggulan peradaban Islam di Yerusalem.

Bangunan dengan delapan sisi ini hanya mengalami sedikit perubahan sejak selesai dibangun pada akhir abad keenam. Beberapa ahli menyatakan, meski berbentuk seperti masjid, bangunan ini sebenarnya tidak dimaksudkan sebagai masjid, namun semata-mata untuk menghormati batu suci tersebut. Menjadikan batu itu sebagai titik fokus, bangunan ini tampaknya dipersiapkan sebagai tempat ziarah yang bisa dikelilingi seperti halnya Ka’bah di Makkah.

Dibangun dalam gaya khas Bizantium, bangunan ini menggunakan marmer, mozaik biru mencolok, jendela kaca pateri dengan kubah emas berkilauan. Kubah indah ini berketinggian sekitar 25 meter dengan diameter 20 meter. Kubah itu berdiri kokoh di atas dinding silinder yang dihiasi 16 jendela.

Selain itu, di bagian dalam, kubah ini disangga 12 pilar yang mengitari batu suci tersebut. Dari kejauhan, kubah yang ditutup timah berlapis emas itu sangat mencuri perhatian di antara bangunan-bangunan lain di kota tua Yerusalem.

Setiap sisi dari bagian luar dinding oktagonal Kubah Batu memiliki tujuh buah panel. Bagian bawah setiap panel berwarna abu-abu dan terbuat dari marmer yang dihiasi keramik asal Turki. Selain itu, warna biru cerah menyapu bagian atas panel. Jendela dengan rancangan cukup rumit menghiasi bagian atas setiap panel yang berfungsi sebagai jalan masuk cahaya matahari.

Pada bagian teratas dari tembok sisi luar terdapat kaligrafi sepanjang 250 meter yang bertuliskan ayat-ayat suci Alquran. Guratan kaligrafi ini menjadi salah satu pembeda antara arsitektur Islam dan arsitektur agama lain yang cenderung menghadirkan gambar manusia atau hewan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement