Jumat 15 Feb 2019 17:22 WIB

Mengenal Tokoh Muslim Amerika, Malcolm X (2)

Inilah perjalanannya menjadi Mualaf

Malcolm X
Foto: tangkapan layar dari wikipedia.org
Malcolm X

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malcolm X kini sudah beranjak remaja. Sewaktu berusia 21 tahun, dia bekerja serabutan di Roxbury, Boston, Amerika Serikat.

Untuk mencapai kehidupan lebih baik, dia hijrah ke Flint, Michigan. Akhirnya, Malcolm menetap di permukiman Harlem, New York City, pada 1943.

Baca Juga

Di kota besar itulah Malcolm mulai tenggelam dalam "dunia gelap". Berbagai hal pernah dirasakannya. Mulai dari narkoba, minum-minum, perjudian, dan bahkan perampokan. Dua tahun kemudian, dia kembali ke Boston, justru untuk membentuk kelompok kriminal.

Namun, dia masih memakai kaidah tertentu. Misalnya, target perampokannya dibatasi hanya pada keluarga kulit putih yang kaya raya.

 

Pada 1946, pria jangkung itu tertangkap basah saat sedang mencuri. Dia pun digelandang ke kepolisian setempat. Bertahun-tahun lamanya dia harus menjalani kurungan di rumah tahanan Charlestown.

 

Pencerahan di Penjara

Siapa sangka, perubahan drastis hidupnya bermula dari tempat ini. Malcolm berkenalan dengan John Bembry. Lama-kelamaan, dia merasakan sesuatu yang berbeda dari sahabatnya itu.

Baginya, Bembry merupakan pria yang begitu cerdas dan terpelajar, sehingga menimbulkan respek. Sejak bersahabat dengannya, Malcolm mulai gemar membaca banyak buku.

Kelak, dalam autobiografi yang ditulis Alex Haley (1965), Malcolm mengenang masa-masa itu dengan antusias: “Saya belum pernah merasakan kebebasan begitu besarnya sepanjang hidup saya (seperti ketika di Rutan Charlestown --Red).”

photo
Buku autobiografi Malcolm X

 

Di dalam penjara, Malcolm mulai mendengar informasi tentang keberadaan Nation of Islam (NOI). Organisasi itu bergerak memperjuangkan hak-hak sipil orang kulit hitam di AS. Nama lainnya, Black Muslims, karena diisi orang-orang Islam kulit hitam.

Pada 1948, Malcolm berkorespondensi dengan pemimpin NOI, Elijah Muhammad. Dia lantas dinasihati agar meneguhkan niat meninggalkan perbuatan-perbuatan buruk.

Dalam autobiografinya, Malcolm mengenang saat-saat itu. Dia pernah menundukkan diri dalam keheningan dan berdoa. Sungguh jarang sebelumnya dia memanjatkan harapan dan keinginan kepada Sang Pencipta. Inilah awal mulanya menemukan cahaya Islam.

Baca juga: Mengenal Tokoh Muslim Amerika, Malcolm X (1)

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement