Kamis 06 Dec 2018 05:00 WIB

Cara Abu Hanifah Meruntuhkan Kesombongan

Majelisnya menjadi perkumpulan ahli fikih yang dikenal dengan Mazhab Hanafi

Rep: c70/ Red: Agung Sasongko
sombong,angkuh,menang sendiri  (ilustrasi).
Foto:

Tanpa ia sadari bahwa di antara hadirin yang ia tantang untuk meng ajukan pertanyaan kepadanya terdapat seorang alim pendiri Mazhab Hanafi;Abu Hanifah. Seorang ulama yang jauh lebih alim dan rendah hati.

Sejurus kemudian, Abu Hanifah mengacungkan jari tangannya untuk mengajukan pertanyaan kepada ulama yang terbujuk itu. Apa pertanyaanmu?tantang orang yang mengaku alim tersebut.

Abu Hanifah kemudian menyampaikan pertanyaannya, Semut yang berbicara dengan Nabi Sulaiman AS itu laki-laki apa perempuan? Mendengar pertanyaan Abu Hanifah yang sederhana tetapi sulit dijawab tersebut, orang sok alim tadi tidak bisa menjawab. Ia merasa malu dan hanya dapat menundukkan kepala.

Karena tidak mampu menjawabnya, Abu Hanifah menjawab pertanyaannya sendiri, Sesungguhnya semut tersebut berjenis kelamin perempuan. Pria yang mengaku alim tersebut penasaran dengan jawaban Abu Hanifah, lantas ia menanyakan dalilnya kepada Abu Hanifah.

Dengan sigap dan cekatan Abu Hanifah menjelaskan bahwa dalam surah an-Naml ayat 18, fiil-nya kata namlah berupa shighat muannats(qalat) yang menunjukkan bahwa semut yang berbincang dengan Nabi Sulaiman adalah perempuan.

Setelah memberi jawaban sekaligus penjelasan dalilnya, Abu Hanifah memberi nasihat kepada orang tersebut, Sebenarnya saya tidak ingin bertanya kepadamu. Aku lebih suka untuk mengatakan kepadamu; janganlah kau terbujuk dengan kelebihan yang kau miliki.

Imam Abu Hanifah juga menciptakan suatu metode dalam berijtihad dengan cara melemparkan suatu permasalahan dalam suatu forum. Kemudian, ia mengungkapkan pendapat beserta argumentasinya. Imam Abu Hanifah akan membela pendapatnya di forum ter sebut dengan menggunakan dalil Alquran dan sunah ataupun dengan logikanya.

Diskusi bisa berlangsung seharian dalam menuntaskan suatu permasalahan. Inilah metode Imam Abu Hanifah yang sangat mengoptimalkan logika. Metode ini dianggap sangat efektif untuk merangsang logika para murid Imam Abu Hanifah sehingga mereka terbiasa berijtihad. Para murid juga melihat begitu cerdasnya Imam Abu Hanifah dan keutamaan ilmunya.

Dari majelis keilmuan Abu Hanifah lahirlah ulama besar, semisal Abu Yusuf, Muhammad asy-Syaibani, dan az-Zuffar. Majelisnya menjadi perkumpulan ilmu fikih yang dikenal dengan Mazhab Hanafi dan membuat sebuah kitab yang istimewa, al-Fiqh al-Akbar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement