Kamis 27 Oct 2016 17:23 WIB

Jejak Perjalanan Petualang Ustmaniyah

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/reuters/ Red: Agung Sasongko
Evliya Celebi, ilustrasi
Foto: http://www.gemliklife.net
Evliya Celebi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru pada April 1640, dia mulai melakukan perjalanan pertamanya keluar dari kota Istanbul. Dia pergi menuju Bursa atau Pursa, sebuah kota di Barat Laut Turki bersama sahabatnya. Setelah melakukan petualangan ke kota itu, semangatnya untuk melakukan perjalanan panjang di seluruh kekuasaan Turki Usmani dan luar negeri kian menggebu.

(Baca: Evliya Celebi, Petualang Hebat dari Ustmaniyah)

Evliya terkadang menemani para petinggi kekaisaran menuju daerah-daerah pedesaan yang terpencil, kadang melakukan perjalanan dengan misi yang ditugaskan dari Sultan, dan kadang juga ikut melakukan peperangan. Setelah melakukan perjalanan ke Izmit, Evliya pergi ke Trabzon di sebuah pantai di Laut Hitam menemani Ketenci Omer Pasa yang akan bertemu dengan Gubernur Izmit. Selama tinggal di Izmit, dia menyaksikan kegagalan tentara Turki Usmani menaklukan Kastil Azov.

Setelah itu, dia pindah ke Crimea dan menghabiskan musim dingin di tempat tersebut. Evliya baru kembali ke Istanbul, setelah Turki Usmani berhasil menaklukan Kastil Azov. Pada 1645, dia bersama tentara Turki Usmani menaklukan Pulau Kreta dan kembali ke Istanbul untuk beristirahat selama empat tahun.

Lalu dia mulai melakukan perjalanan lagi menuju Anatolia, me ngunjungi Azerbaijan dan Georgia, bersama tentara Turki Usmani menaklukan para pemimpin lokal wilayah tersebut. Dia juga mela kukan perjalanan ke Gumushane, sebuah provinsi di timur laut Turki. Setelah menghabiskan musim dingin di Erzurum, Evliya ditugasi mengantarkan pesan kepada pemberontak Vardar Ali Pasa oleh penguasa Turki Usmani untuk membuat perjanjian damai.

Ketika mengantarkan pesan tersebut, Evliya tersesat akibat badai salju yang hebat. Untunglah dia, bisa menemui sejumlah pemimpin pemberontak lainnya. Pengalaman itu dikisahkannya dalam sebuah catatan tentang pemberontakan Vardar Ali Pasa secara komprehensif.

Antara 1648-1650, Evliya melakukan perjalanan ke Damaskus. Dari perjalanan ini, dia melakukan eksplorasi lebih dalam mengenai negara Suriah dan Palestina. Lalu dia kembali ke Istanbul. Ia lalu menemani pamannya, Melek Ahmed Pasa untuk bertemu dengan perdana menteri. Evliya paham betul berbabai intrik politik yang tengah terjadi di Kekhalifahan Turki Usmani. Sela ma menemani perdana menteri, Evliya memiliki kesempatan mengunjungi Balkan antara 1651- 1653. Sekembalinya dari Balkan, dia mengunjungi Anatolia bagian timur dan Iran.

Dia menghabiskan waktu dengan Sekte Yezidis yang percaya bahwa Ali adalah Tuhan dalam bentuk manusia. Dia mengetahui banyak informasi mengenai sekte sesat tersebut. Setelah itu, dia melakukan perjalanan lagi dengan pamannya Melek Ahmed Pasa menuju Bosnia. Lalu, pada1660, dia mengikuti ekspedisi yang dipimpin oleh Kose Ali Pasa. Selama ekspedisi tersebut, dia melakukan eksplorasi ke Al bania, Bohemia dan wilayah sekitarnya.

Setelah menghabiskan musim dingin di Belgrade, dia kembali ke Istanbul. Lalu dia bergabung dengan pasukan Fazil Ahmed Pasa menyerang Austria. Selama masa ekspedisi, Evliya juga mengunjungi Swedia dan Belanda. Kemudian dia kembali lagi ke Balkan untuk me ngunjungi Edirne, Komotini dan Salonika.

Ia lalu melanjutkan perjalanannya ke Pulau Kreta di Yunani. Ia menyaksikan kehebatan tentara Turki Usmani. Setelah itu, ia mengunjungi pantai Adriatik melalui Albania dan kembali ke Istanbul pada 1670. Merasa berdosa karena belum pernah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, Makkah, Evliya kembali ke Istanbul untuk mempersiapkan perjalanannya yang terakhir.

Dia menuju Makkah melalui bagian barat Anatolia, kemudian melewati Scio dan Rhodes, melewati selatan Anatolia dan bergabung dengan jamaah haji di Suriah. Ia pun berhasil menu naikan rukun Islam ke lima itu. Seusai menunaikan ibadah haji di Makkah, dia menuju Mesir melalui terusan Suez bersama jamaah haji Mesir.

Kemudian menuju Sudan dan Ethiopia, ia tinggal di sana cukup lama. Namun tidak ada catatan sejarah di mana sang petualang menghembuskan nafas terakhirnya. Ada dua perkiraan, yakni di Mesir atau di Istanbul. Meski begitu, kiprah dan dedikasinya sebagai seorang petualang Muslim di zaman kejayaan Turki Usmani hingga kini masih tetap dikenang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement