Rabu 15 May 2019 23:50 WIB

Bulan Suci Ramadhan: Belajar dari Momen Pembebasan Makkah

Momen Pembebasan Makkah (Fathu Makkah) terjadi pada Ramadhan, 10 hari jelang Id Fitri

Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di hulu Kota Mekah, tak jauh dari makam Abu Thalib dan Khadijah, Muhammad SAW tengadah. Beliau memikirkan keadaan 10 ribu orang pasukannya yang akan berangkat dari Madinah, pada tanggal 10 Ramadhan, menuju Makkah, kota kelahirannya yang telah delapan tahun ditinggalkannya itu.

Sebelum hijrah, tekanan dan kekejaman kaum Quraisy terhadap diri dan para pengikutnya memang sungguh menjadi-jadi. Kini, keadaannya berbalik. Umat Islam yang kini berpusat di Madinah sudah siap kekuatan. Jumlah mereka banyak. Mereka pun teguh beriman pada risalah Islam.

Baca Juga

Kini, Rasulullah SAW memikirkan, bagaimana memasuki Makkah tanpa ada setetes pun darah tertumpah. Setelah diserang dari semua penjuru, kini di depan mata beliau, terlihat pintu Lembah Wahyu dan tempat Rumah Suci itu lebar terbuka.

Dengan segala kerendahan hati, dengan air mata di pipi, tanda syukur pada Ilahi, beliau memasuki Kota Suci.

Setelah mandi pagi di rumah sepupunya, Ummu Hani, delapan rakaat salat dhuha pun beliau jalani.

Beliau lalu menuju Ka'bah, bertawaf tujuh kali. Selesai tawaf, dibukanya pintu Ka'bah dan dicampakkannya gambar-gambar jahiliyah. Dihancurkannya berhala-berhala di sekeliling Baitullah itu--patung-patung yang disembah oleh kaum musyrikin.

Beliau lantas berseru, ''Dan katakanlah: 'Yang benar itu sudah datang, dan yang palsu segera hilang, sebab kepalsuan itu pasti lenyap'" (QS. 17: 81).

Berdiri di pintu Ka'bah, kini beliau ada di hadapan kaum Quraisy. Nabi SAW membacakan ayat ke-13 dari surah al-Hujurat.

Artinya, "Hai manusia, sungguh Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa."

Beliau lalu bertanya, "Hai orang-orang Quraisy, menurut pendapatmu, apa yang akan kuperbuat terhadapmu sekarang?"

Beberapa di antara mereka menjawab, "Yang baik-baik! Wahai, saudara kami yang pemurah, sepupu kami yang pemurah!"

Nabi shalallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda, "Pulanglah kamu sekalian. Kalian sudah bebas." Ya. Kebebasan. Tak ada pertumpahan darah. Tak ada dendam. Hanya ada pemaafan. Maka sejak saat itu, berbondong-bondong penduduk Makkah masuk Islam. Allahu Akbar!

Ya, sebuah pengampunan yang menunjukkan kebesaran jiwa yang sangat indah. Rasulullah SAW mengampuni mereka, bahkan termasuk musuh yang dahulu amat sangat keras membenci beliau.

Dengan tindakan Nabi SAW yang demikian, akhirnya mereka berbalik menjadi pendukung Islam yang sangat tangguh.

Demikian sekilas peristiwa Fathu Mekah (Pembebasan Makkah) yang terjadi pada bulan Ramadhan, sepuluh hari menjelang Idul Fitri, tahun kedelapan Hijriyah.

Ini suatu kemenangan yang menjadi tonggak ketinggian Kalimatullah. Tentang hal ini, Allah berfirman. Artinya, ''Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.'' (Surah al-Fath: 1).

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement