Kamis 07 Feb 2019 05:00 WIB

Pesatnya Pertumbuhan Wisata Halal dan Kurang Siapnya Jerman

Jumlah wisatawan Muslim akan meningkat menjadi 158 juta pada 2020.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah
Salah satu sudut Kota Berlin, Jerman.
Foto: REUTERS/Fabrizio Bensch
Salah satu sudut Kota Berlin, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Pariwisata Muslim kini telah booming dan menjadi populer. Pariwisata halal juga disebut sebagai segmen pasar pariwisata global yang tumbuh paling cepat. 

Jerman bisa menjadi tujuan utama bagi para penikmat wisata halal. Akan tetapi, Jerman disebut sangat lambat untuk beradaptasi dengan pertumbuhan pariwisata Muslim tersebut.  

Menurut sebuah studi oleh Thomson Reuters dan konsultan Dinar Standard, pendapatan global diproyeksikan akan mencapai 274 miliar dolar pada  2023, naik dari 177 miliar dolar pada 2017. 

Penelitian oleh ITB Berlin, pameran perdagangan pariwisata terbesar di dunia, memproyeksikan bahwa jumlah wisatawan Muslim akan meningkat menjadi 158 juta pada 2020, enam kali lebih banyak dari pada tahun 2000.

Menurut CrescentRating, yang melakukan penelitian untuk ITB, pembagian mereka dari pasar pariwisata global kemungkinan akan melebihi 10 persen mulai tahun depan. 

"Ini tantangan nyata bagi industri pariwisata. Layanan yang sampai saat ini terbatas pada sejumlah kecil tamu kaya di hanya beberapa kota di Jerman seperti Düsseldorf, Bad Godesberg atau Munich akan segera menjadi komponen standar pariwisata massa," kata Direktur ITB, Martin Buck, dilansir di Handelsblatt Today, Rabu (6/2). 

Saat ini, hanya beberapa hotel di Jerman yang dapat mengakomodasi kebutuhan umat Islam. Hotel-hotel itu di antaranya hotel Breidenbacher Hof di Düsseldorf, yang menawarkan panah yang menunjukkan arah kiblat, Alquran, dan sajadah. 

Hotel itu juga menghilangkan minuman beralkohol dari minibar dan menawarkan makanan halal untuk tamu Muslim.

Jerman berada di urutan kedua di belakang Uni Emirat Arab dalam daftar tujuan liburan paling diinginkan bagi para wisatawan Muslim dalam survei oleh perusahaan riset pasar IPK International. 

Tetapi dalam hal layanan yang disediakan bagi wisatawan Muslim, Jerman hanya menempati peringkat ke-35 menurut perbandingan internasional oleh CrescentRating, yang berspesialisasi dalam penelitian pariwisata halal. 

Jerman juga hanya menempati urutan kedelapan di antara tujuan liburan pilihan non-Muslim, di belakang Singapura, Inggris dan Jepang. 

Menghapuskan babi dari menu makanan tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan umat Islam. 

Menurut peneliti CrescentRating, Fazal Bahardeen, banyak turis yang taat beragama membutuhkan fasilitas mandi atau kesehatan yang terpisah untuk pria dan wanita, dan waktu makan yang disesuaikan selama bulan puasa Ramadhan. "Shalat juga merupakan poin penting bagi para pelancong," kata Bahardeen.

Dengan mayoritas umat Islam memenuhi kewajiban untuk shalat lima waktu dalam sehari, hotel akan pintar untuk menyediakan ruang shalat dan fasilitas berwudhu. 

Pasar perjalanan Muslim berubah dengan cepat. Dahulu pasar travel Muslim didominasi oleh turis dari negara-negara Teluk kaya yang akan melibatkan agen perjalanan untuk menemukan maskapai penerbangan dan hotel yang memenuhi kebutuhan mereka. 

Namun sekarang, muncul kelas menengah yang kuat secara finansial di Asia Tenggara. Turis terbanyak dipimpin oleh Indonesia dan Malaysia, yang merupakan rumah bagi 60 persen dari umat Muslim, dibandingkan dengan 20 persen negara-negara Arab. 

Kebiasaan pelancong halal sangat berbeda dari kebiasaan wisatawan Barat. Sekitar 46 persen turis Jerman pergi ke pantai, persentasenya hanya setengah besarnya di kalangan Muslim. 

Sebaliknya, Muslim lebih tertarik pada kota-kota. Lebih dari sepertiganya lebih memilih perjalanan perkotaan, dibandingkan dengan 22 persen untuk orang Eropa Barat. 

Menurut para peneliti di IPK International, mereka juga memiliki prioritas yang berbeda di kota-kota. Dikatakan, bahwa turis halal lebih tertarik pada belanja dan wisata alam.

"Bertamasya sembari melihat pemandangan mendapat peringkat teratas di antara para pelancong, atau mengunjungi museum atau memakan makanan yang bergizi kurang penting bagi kelompok ini," tulis para peneliti pasar di IPK International.

Buck mengaitkan hal ini dengan kebiasaan religius dibandingkan dengan usia muda dari banyak wisatawan halal. Tingkat kelahiran yang tinggi di Asia berarti bahwa usia rata-rata turis Muslim adalah 24, lebih muda dari kelompok wisatawan lain. 

"Tanda kenang-kenangan foto sangat diminati di antara kelompok sasaran ini. Kunjungan museum tidak begitu banyak," kata Buck.

Beberapa negara Barat sedang berjuang untuk beradaptasi. Pada 2016 otoritas di beberapa kota Prancis melarang burkinis dari pantai di tengah kekhawatiran ekstremisme Islam. 

Burkinis adalah pakaian renang sederhana yang menutupi tubuh dan kepala. Tetapi, banyak negara lain berinvestasi besar-besaran di pasar yang sedang booming ini, terutama Turki, yang memiliki 28 resor pantai halal.

"Para pelaku bisnis perhotelan di London, Paris, Barcelona atau Granada menunjukkan minat pada tamu-tamu Muslim dan memenuhi keinginan mereka di beberapa bagian hotel mereka," kata salah satu pendiri platform pemesanan online Halalbooking.com, Ufuk Secgin.

Halalbooking.com diluncurkan di London lima tahun lalu. Situs ini mencantumkan 1.150 hotel, resor ski, dan vila pribadi di 45 negara yang menyediakan layanan halal.

Halalbooking.com memiliki 300 ribu pelanggan dari 84 negara tahun lalu. Menariknya, proporsi pemesanan terbesar, yaitu 24 persen, datang dari Jerman. Negara ini merupakan rumah bagi sekitar 4,5 juta Muslim. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement