Rabu 02 May 2018 17:00 WIB

Sentuhan Antarperadaban

Umat Islam belajar peradaban lain kemudian melahirkan peradaban berpengaruh.

Salah satu sudut Kota Baghdad, Irak.
Foto: Wikimedia
Salah satu sudut Kota Baghdad, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melalui tulisannya, The Transfer of Science Between India, Europe and China via Muslim Heritage, Charles Burnett, seorang profesor dari University of London, menyatakan bahwa pada masa klasik telah tercipta jaringan transmisi keilmuan antarperadaban di dunia. Ini mencakup pula peradaban Islam, Yunani, Cina, India, dan Persi.

Pada tahun 1160 Masehi, kata dia, seorang sarjana Yahudi bernama Abraham ibnu Ezra menerbitkan teks komentarnya atas karya Ibnu al-Muthanna, ahli astronomi Muslim asal Andalusia. Ia melihat karya ini dari dua sisi. Pertama, Ezra seolah ingin membuktikan bahwa kalangan non-Muslim ikut berkontribusi dalam pencapaian pada abad pertengahan.

Kedua, apa yang dihasilkannya tak lain bersumber dari naskah ilmiah berbahasa Sanskerta berjudul Sindhind. Karya Ibnu al-Muthanna ini sangat berpengaruh di kalangan ilmuwan Muslim sekaligus membuktikan pentingnya proses transfer pengetahuan tersebut.

Tabel astronomi dalam Sindhind disempurnakan oleh al-Khawarizmi. Ini juga diperkaya dengan pencantuman angka-angka Arab, yang juga diadopsi dari Hindustan, kata Burnett. Selanjutnya, karya luar biasa yang dapat menentukan koordinat bintang secara tepat ini sampai ke peradaban Barat dan Cina.

Kaisar Taitsu dari Dinasti Ming pada 1382 memerintahkan penerjemahan karya umat Muslim itu. Dia berkata, Orang-orang Islam sangat mahir dalam pengamatan luar angkasa. Mereka punya metode luar biasa untuk menghitung pergerakan bintang-bintang, tak ada yang menandinginya.

Proses transfer kemajuan medis ikut berkibar pada era ini. Sebuah legenda Tibet yang terkenal menyebutkan bahwa seorang dokter asing yang biasa dipanggil Gelanos pernah menetap di Llasa. Dokter yang diyakini berasal dari Timur Tengah ini hadir dengan teknik pengobatan ala Muslim dan Cina serta banyak membantu masyarakat setempat.

Sejumlah catatan sejarah menunjukkan pengaruh besar ilmu pengobatan Islam pada teks-teks medis Cina dan Mongol. Ini mencakup teknik diagnosis kesehatan lewat pemeriksaan tekanan darah dan air seni. Penaklukan bangsa Mongol ke wilayah Islam semakin meningkatkan proses alih pengetahuan ini.

Hal serupa berkembang di dunia Barat. Ada ketakjuban terhadap yang dicapai kalangan Muslim di bidang ilmu. Orang-orang Barat tertarik mempelajarinya hingga muncul istilah studi keilmuan Arab atau studia Arabum. Terbitnya buku Natural Questions karya Adelard of Bath pada abad ke-12 kian menambah semangat ilmuwan Barat.

Pastor ini membawa serta beragam ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Inggris setelah dia menimba ilmu di sekolah-sekolah di Timur Tengah. Adelard sengaja berkelana ke dunia Islam untuk menyerap ilmu yang sedang membuncah di sana. Tujuh tahun lamanya dia berkecimpung dalam suasana intelektualitas kaum Muslim.

Pemaparan tokoh ini mengani sains dan ilmu pengetahuan dari peradaban Islam mendapat sambutan besar di Eropa. Para ilmuwan Barat menganggap umat Muslim berhasil menghadirkan teknik dan konsep yang lebih segar pada studi keilmuan.

sumber : Mozaik Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement