Senin 07 Mar 2011 09:02 WIB

Muslim Amerika Berpawai, Minta Islamofobia Dihilangkan

Stop Islamofobia
Foto: wordpress.com
Stop Islamofobia

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK-- Para pemimpin agama dan seorang tokoh legendaris hip-hop berpawai di New York, Ahad (6/3), untuk membela orang Muslim Amerika dari apa yang mereka gambarkan sebagai Islamfobia dalam proses dengar pendapat mendatang di Kongres AS.

Beberapa ratus orang menghadiri pertemuan terbuka itu di bawah guyuran hujan di Times Square, New York, untuk memprotes proses dengar pendapat yang direncanakan mengenai bahaya sikap radikal di kalangan orang Muslim Amerika.

"Saya seorang Muslim tapi saya mencintai negeri ini seperti orang Kristen dan Yahudi mencintai negerinya," kata Imam Shamsi Ali, pemimpin Islamic Cultural Center di New York, kepada hadirin dari panggung yang dibungkus bendera besar Amerika Serikat.

Peserta pertemuan mengibarkan bendera dan spanduk yang mengutuk apa yang dikatakan pemrotes sebagai serangan kolektif terhadap umat Muslim. "Tidak untuk Perang dan Sikap Fanatik Anti-Muslim," demikian tulisan di satu spanduk.

Kendati pertemuan terbuka itu kecil, tempat pertemuan yang punya nilai tinggi dan daftar pembicara yang beragam dimaksudkan sebagai celaan terhadap anggota Kongres dari partai Republik Peter King, yang memimpin Komite Keamanan Dalam Negeri --yang menggagas pertemuan di Kongres mulai Kamis (10/3) di Washington.

King mengatakan penyelidikannya "sah mengingat ancaman pelaku teror paling serius telah berkaitan dengan kelompok Islam, termasuk bertambahnya jumlah warga Muslim AS yang terlibat". Protes itu dimulai dengan menyanyikan lagu nasional Amerika oleh Anam Chaudhry, siswa opera yang berusia 17 tahun dan imigran Pakistan yang menyelimuti dirinya dengan bendera Amerika.

"Saya bukan makhluk asing. Saya sama seperti orang lain," kata siswi perempuan tersebut kepada AFP setelah tampil.

"Sungguh memalukan sebagian orang tak bisa melihat itu. Tapi kami datang dengan damai."

Russell Simons, musikus dan pengusaha mode yang membantu memelopori musik hip-hop, mengatakan kecurigaan terselubung terhadap orang Muslim di Amerika Serikat tak berbeda dengan gelombang rasa takut terhadap orang asing dan rasisme pada masa lalu.

"Tugas kita lah untuk bangkit dan melindungi mereka sebab jika mereka pergi, kita berikutnya --orang kulit hitam, Yahudi," kata Simmons. Beberapa pembicara, yang meliputi pastur, imam dan rabi, menyatakan Times Square adalah tempat ketakutan utama terhadap bom tahun lalu, tapi meskipun calon pembom adalah Muslim, begitu juga dengan warga yang memberi tahu polisi.

"Ia orang Muslim dari Senegal," kata Imam Feisal Abdul Rauf, pemimpin lintaskepercayaan yang terkenal dan menghadapi penentangan keras mengenai gagasannya untuk mendirikan pusat kebudayaan Islam di dekat lokasi serangan 11 September 2001 di New York.

"Medan tempur sesungguhnya bukan antara Amerika dan Islam," kata Imam Feisal. "Itu adalah antara ekstremis di dalam Islam, ekstremis di Amerika."

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement