REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI) Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengaku terkejut dengan meningkatnya Islamofobia di Amerika Serikat tahun ini. Menurut dia, islamofobia di AS telah meningkat 216 persen dibandingkan tahun lalu.
"Di Amerika tahun ini kenaikan islamofobia itu 216 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ujar Prof Sudarnoto dalam acara Diskusi dan Dunia Islam "Refleksi Tahun 2023 dan Harapan Tahun 2024" di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).
Menurut dia, hal tersebut juga ada kaitannya dengan gerakan anti-Arab serta ada kaitannya juga dengan pengungsi Suriah yang sudah cukup banyak di Eropa maupun di Amerika. "Jadi memang ada kekhawatiran yang sangat berlebihan, yang muncul di kalangan masyarakat internasional, khususnya di Amerika itu," ucap Prof Sudarnoto.
Ketika ada kekhawatiran yang berlebihan tersebut, menurut dia, maka lembaga filantropi Amerika pun menyediakan anggaran yang cukup besar untuk islamofobia. Hal itu mulai memuncak itu ketika terjadi pandemi Covid-19.
"Jadi ada istilah yang dikembangkan oleh media dan orang yang tidak suka dengan Islam, yaitu jihad corona. Wah, ini memang istilah yang memang sengaja dikembangkan yang ingin memberikan pengertian bahwa umat Islam menggunakan penyakit Covid 19 sebagai alat jihad," kata Prof Sudarnoto.
Dengan istilah tersebut, menurut dia, mereka membuktikan pada saat pandemi umat Islam tetap melakukan sholat berjamaah dengan shaf rapat. Mereka menarasikan Islam adalah ajaran agama yang memang mengajarkan jihad qital.
Islam (bagi mereka) adalah ajaran yang memang mengajarkan...