REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Unjuk Rasa Anti Islam dan imgran yang diotaki English Defence League atau Liga Pertahaan Inggris (EDL), organisasi ekstrim sayap kanan Inggris di Luton, Inggris, akhir pekan lalu berakhir tanpa insiden serius.
Aksi tersebut mendapat pengawalan ketat aparat kepolisian Inggris yang mengkhawatirkan bentrokan akan pecah antara kelompok pengunjuk rasa yang berjumlah 1.500 orang dengan 1.000 kelompok penentang aksi tersebut Unite Againts Fascisme (UAF). Tercatat hanya tujuh orang yang ditangkap lantaran diketahui membawa senjata tajam.
Unjuk rasa anti Islam yang dilakukan EDL merupakan yang terbesar dalam dua tahun belakangan. Konon, sejumlah aktor sayap kanan di Eropa yang terkenal anti-Islam juga berpartisipasi.
Sembari meneriakan "Muslim meledakan jalan-jalan kami", mereka membawa plakat yang bertuliskan "Tidak ada lagi pembangunan masjid". Disaat bersamaan, kelompok UAF meneriak "hancurkan EDL.".
Salah seorang Pemimpin EDL, Stephen Lennon menyangkal bahwa kelompoknya melakukan tindakan rasialis.Menurut dia , tidak ada ketegangan rasialis di Luton melainkan ketegangan agama.
Lennon kemudian mulai menyerang umat Islam dan khususnya komunitas Muslim Inggris. Dia mengaku kecewa dengan politisi di Inggris yang dianggap tidak mendukung perjuangan kelompoknya.
Secara terpisah, anggota parlemen dari Partai Buruh yang turut dalam aksi bersama UAF, Richard Howitt, mengatakan EDL tidak diterima di Inggris. "Ini bukan rumah anda, anda tidak diterima disini," papar dia seperti dikuti TransArmenia.net,
Richard Franklin, pendeta dari sebuah gereja di Luton, mengatakan masyarakat Luton merupakan pribadi yang positif dalam menyikapi perbedaan. Menurut dia, kelompok yang risih terhadap kerukunan beragama di Luton merupakan pribadi yang belum memahami adanya perbedaan. "Apa yang mereka lakukan hanyalah merugikan diri mereka sendiri," pesan dia.
Luton, sebuah kota sekitar 35 kilometer utara London, memiliki populasi Muslim besar. Mayoritas komunitas Muslim Luton berasal dari imigran Pakistan dan Bangladesh.
Kota ini kemudian menjadi sasaran EDL guna melontarkan aksi anti Islam. Sebelumnya EDL sempat mengundang Pastor pencetus pembakaran Quran, Terry Jone untuk menjadi pembicara. Namun, pemerintah Inggris yang tanggap dengan resiko yang akan muncul jika sang pastor datang buru-buru mencekalnya datang ke Inggris.