REPUBLIKA.CO.ID,DELHI -- Aktor Bollywood, Deepika Padukone dan Ranveer Singh telah menjadi sasaran kritik pedas di media sosial (media). Dua aktor ternama tersebut dirujak netizen India karena memilih nama dari bahasa Arab untuk anak bayi perempuannya.
Padukone melahirkan seorang anak perempuan pada bulan September 2024 dan pasangan ini berbagi foto bayi perempuan mereka secara online pada festival Diwali, yang dianggap sebagai hari keberuntungan bagi umat Hindu.
Postingan di Instagram tersebut hanya menampilkan kaki sang bayi. Keterangan foto tersebut berbunyi, “Dua Padukone Singh. Dua artinya doa. Karena dia adalah jawaban dari doa-doa kami. Hati kami dipenuhi dengan cinta dan rasa syukur.”
Kata dua berasal dari bahasa Arab dan berarti doa atau permohonan. Dalam Islam, doa merujuk pada doa permohonan untuk mencari pertolongan dari Tuhan dan dianggap sebagai bentuk ibadah.
Tak lama setelah postingan tersebut diunggah ke media sosial, pasangan ini dibanjiri dengan kritik atas nama tersebut, dengan banyak yang mempertanyakan penggunaan kata yang diasosiasikan dengan Islam dan bukannya kata yang diasosiasikan dengan agama Hindu, demikian dikutip dari laman Independent.co.uk, Kamis (7/11/2024).
“Mengapa tidak prarthana dan mengapa duaa??? Mengapa tidak menggunakan bahasa Hindi tetapi bahasa Urdu?” komentar seorang pengguna media sosial.
Yang lain berkata, “Sekadar informasi (Prathna berarti doa), saya harap anda juga mengetahui kata-kata ini, karena anda adalah seorang Sanatani. Secara nama, tetapi secara pribadi anda adalah ????”
Sanatani adalah pengikut Sanatana Dharma, sebuah istilah alternatif yang digunakan oleh beberapa umat Hindu untuk menyebut agama Hindu.
Kata “prathna” atau “prarthana” berasal dari bahasa Sansekerta yang juga berarti “doa” atau “permohonan”. Dalam agama Hindu, prarthana merupakan bagian dari keseluruhan proses pemujaan.
Padukone dan Singh adalah penganut agama Hindu. Singh mengatakan dalam sebuah wawancara sebelumnya bahwa kakek dari pihak ayahnya adalah seorang Sikh. Pasangan ini mengadakan upacara tradisional Hindu dan juga upacara Sikh yang disebut Anand Karaj ketika mereka menikah sebagai bentuk penghormatan terhadap akar mereka.
Namun, beberapa komentator mempertanyakan reaksi “tidak masuk akal” terhadap penamaan anak mereka. “Mengapa anda menekan nama anak yang bukan nama anda???” tanya seseorang.
Awal tahun ini, data dari kelompok penelitian yang berbasis di Amerika Serikat (AS), India Hate Lab, menunjukkan bahwa India mengalami rata-rata dua kasus ujaran kebencian anti-Muslim setiap hari pada tahun 2023.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa telah terjadi “pertumbuhan yang cepat dari kelompok-kelompok nasionalis Hindu baru dan para aktor yang terlibat dalam ujaran kebencian” di negara tersebut.
Pada tahun 2023, India Hate Lab mendokumentasikan 668 peristiwa ujaran kebencian yang menargetkan Muslim. Lab tersebut mencatat 255 peristiwa di paruh pertama tahun 2023 dan 413 di paruh kedua, menandai peningkatan 62 persen.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka menggunakan definisi PBB tentang ujaran kebencian, bahasa yang berprasangka atau diskriminatif terhadap individu atau kelompok berdasarkan atribut termasuk agama, etnis, kebangsaan, ras, atau jenis kelamin.
Dari 668 peristiwa ujaran kebencian, 498, atau 75 persen, terjadi di negara bagian dan wilayah federal yang diperintah oleh Partai Bharatiya Janata pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, kata kelompok tersebut.
Laporan dari Amnesty International menunjukkan bahwa pihak berwenang India menargetkan rumah, bisnis, dan tempat ibadah umat Islam dengan menggunakan buldoser, dan menambahkan bahwa hal ini terjadi pada saat pemerintahan Modi dituduh menginjak-injak hak asasi manusia kaum minoritas dan mempersenjatai diskriminasi agama.