REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI--Proses hukum yang menyeret perempuan AS yang menyebut dirinya "Jihad Jane" terus berlangsung. Perempuan bernama Collen La Rose ini mengaku bersalah ketika pengadilan menuduh perempuan paruh baya ini terlibat usaha pembunuhan terhadap kartunis Swedia Lars Vilk.
Pengakuan itu diungkap La Rose saat dia ditanya hakim Petrese Tucker. "Ya, saya bersalah," jawabnya singkat seperti dikutip Al Arabiya, Rabu (2/2). La Rose juga mengatakan dirinya mengakui telah berbohong kepada FBI dan membuat sejumlah identitas palsu.
Jaksa penuntut umum dari Departemen Kehakiman mengatakan LaRose, yang berasal dari Pennsburg, Pennsylvania, acapkali menggunakan nama samaran online seperti "Jihad Jane," "Fatima LaRose," "ExtremeSister4Life" dan "SisterOFTerror dalam menjalankan aksinya. Jaksa juga mengatakan LaRose telah membuat sejumlah alamat surat elektronik dan akun jejaring sosial seperti Youtube untuk mempublikasikan tulisan dan video berisikan jihad dan kekerasan demi mendapatkan dana yang akan digunakan dalam kegiatan dan perekrutan.
Melalui dunia maya, demikian tuduhan jaksa, LaRose berusaha merekrut laki-laki dan perempuan untuk ditugaskan mengumpulkan dana dan melakukan pembunuhan terhadap kartunis Swedia.
Departemen Kehakiman AS menetapkan dakwaan terhadap LaRose, Maret silam, setelah polisi Irlandia menahan tujuh tersangka yang diduga berencana membunuh Vilks. Dakwaan serupa juga diberikan pada sahabat LaRose yang diketahui bernama Jamie Paulin Ramirez, warga Colorado, yang dituduh memberikan dukungan material kepada teroris.
Departemen Kehakiman AS dalam pernyataannya mengatakan pada April silam, Ramirez bersama LaRose diketahui melakukan rangkaian perjalanan di Eropa untuk menggalang dukungan terkait pelaksanaan jihad kekerasan.
Kasus LaRose boleh dibilang fenomena baru di AS. Kasus itu mengindikasikan sebuah perkembangan yang mengkhawatirkan. Tren yang terjadi, pelaku tindak terorisme tidak lagi berasal dari kawasan Timur Tengah ataupun Afrika Utara melainkan imigran Muslim yang lahir dan besar di AS.
Setiap anggota baru yang direkrut diberikan penekanan pentingnya membantu saudara-saudara mereka yang Muslim dengan cara yang ekstrim. Bagi mereka "Sebuah kehormatan dan kebanggan untuk membunuh dengan mengatasnamakan jihad".