REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO — Miris melihat keberadaan universitas di dunia Islam yang kurang berkembang dan tertinggal jauh dibanding universitas di negara Barat. Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Gontor dan Liga Universitas Islam, yang berpusat di Kairo, mengadakan konferensi bertema Membangun Traidisi Ilmu Bersama dengan Universitas-universitas di Asia di Ponpes Modern Gontor, Ponorogo, Ahad-Selasa (9-11/1). Acara tersebut diikuti 106 peserta dari universitas Islam dalam dan luar negeri.
Ketua panitia acara Amal Fatullah Zarkasyi mengatakan universitas di berbagai negara Islam tertinggal jauh dibanding Barat. Hal itu disebabkan universitas negeri yang dimiliki pemerintah cenderung berorientasi pada tradisi keilmuan Barat, yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan umum yang terpisah dari agama. Sedangkan, universitas yang berlabel Islam, umumnya hanya menfokuskan pada kajian ilmu-ilmu tradisional
“Terjadi jurang orientasi besar antara dua corak universitas di negara Islam. Padahal diantara universitas umum itu dikelola oleh orang-orang Islam. Hal itu membuat universitas di Negara Islam tertinggal jauh dibanding Barat,” ujar Amal, Ahad (9/1).
Atas dasar itulah, sambung Amal, untuk mewujudkan kemajuan universitas Islam maka perlu mencari format dan jaringan kerjasama antara universitas Islam dan universitas umum dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang keilmuan dan pengembangan masyarakat.
Tak hanya itu, lanjut dia, merintis kerjasama dalam pengembangkan ilmu-ilmu alam dan kemanusiaan pada universitas-universitas Islam dengan belajar dari universitas umum wajib dijalankan. Selanjutnya, mendorong peran universitas Islam dalam berbagai bidang yang bersentuhan dengan teknologi sehingga lebih bermanfaat untuk masyarakat dunia.