Rabu 15 Dec 2010 04:52 WIB

Pondok Pesantren Harus Optimistis Bangun Peradaban

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR-Pondok pesantren mampu dan harus optimistis menjadi pelopor upaya membangun peradaban Islam di Indonesia. Untuk itu, menurut Pimpinan Pondok Modern Darussalam, Gontor,

Ponorogo, Jawa Timur, KH Abdullah Syukri Zarkasyi, dunia pontren tidak boleh fokus pada pendidikan formal saja tetapi selain pendidikan, penting ditekankan pengajaran, penugasan, pembiasaan, pengawalan, pelatihan dan teladan di berbagai lini kehidupan. Sehingga santri mengerti arti dan tujuan hidup.

"Pertanyaannya apa bisa? Bisa dan harus bisa. Ponpes tak hanya didik skil tapi mendidik hidup," kata dia dalam Rountable Discussion dengan tema"Pesantren Sebagai Pusat Peradaban,". Bogor, Selasa (14/12).

Syukri mengemukakan live skill diajarkan kepada para pendidik terlebih dahulu sebelum ditujukan ke para santri. Sebab, karakter, akhlak, dan moral sulit dibentuk tanpa mempertimbangkan beberapa hal tersebut.

Jika karakter sudah terbentuk melalui proses dan prosedur dasar tadi maka bisa diarahkan dan diberdayakan untuk penguatan ekonomi, sosial dan politik. Di saat bersamaan, pontren perlu melakukan sinkronisasi dan membangun jaringan kerja dengan lembaga-lembaga lain.

Selain itu, perhatian dan keterlibatan pemerintah terhadap dunia pontren perlu terus ditingkatkan. Termasuk mendorong pemberdayaan ekonomi berbasis pontren karena pontren memiliki kekuatan dahsyat berupa jumlah santri yang bisa mencapai 4000 santri. "Meski ekonomi proteksi yang penting kemandirian, bukan keuntungan," tutur dia.

Lebih lanjut, Syukri mengemukakan, diakui tidak semua pontren mampunyai kualitas bagus. Berdasarkan pengamatannya dari 16 pontren cabang dan 211 pontren alumni Gontor, sebagian didapati kurang berkualitas.

Ternyata kunci kemajuan pontren terletak pada Kyai sebagai pimpinan. Jika Kyai mempunyai integritas, wawasan, inovasi, dan keikhlasan maka pontren tersebut mengalami kemajuan. " Penampilan kyai harus prima, teladan, dan bersahaja,"ungkap dia.

Hal senada diungkapkan oleh pendiri Ponpes Al-Mujahidin, Pandeglang, Banten, KH Maftuh Basyuni. Kemajuan dan kekuatan pontren terletak pada sistem figuritas Kyai. Karenanya, Kyai dituntut konsisten dan berkomitmen mendidik dan memperdulikan santri. Jika sistem tersebut berjalan baik maka pontren akan mampu mempertahankan eksistensinya sebagai elemen penting membangun peradaban.

Maftuh yang juga mantan menteri agama ini, menuturkan penurunan animo dan minat masyarakat diantarnya akibat pendidikan agama yang diajarkan di sekolah umum. Sebagian orang tua merasa cukup dengan porsi agama yang diperoleh amalnya di lembaga pendidikan formal tanpa perlu merujuk lagi di pontren.

Oleh karena itu, lembaga pontren perlu mengembangkan sistem pendidikan dengan mempertahankan halaqah yang menjadi ciri khas pontren disamping tradisi rasa solidaritas, kerjasama, dan saling tolong menolong yang ditekankan pontren. "Kekuatan pondok ada pada kyai dan halaqah tidak boleh ditinggalkan,"jelas dia.

Sementara itu Pengasuh Pontren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jateng, KH Maemun Zubair, tradisi penguasaan kitab kuning yang menjadi jatidiri mendasar pontren perlu dipertahankan. Apalagi, Islam di Indonesia tidak terlepas dari kepesantrenan sebagaimana yang tercermin oleh para Walisongo.

Meski demikian, berbagai langkah peningkatan kualitas tetap perlu dilakukan. Berbagai konsep pengembangan pontren baik penguatan tradisi salaf atau modern kesemuanya akan mewarnai keragaman yang patut dihormati dan dikhidmati oleh Islam. "Satu tetapi banyak warna," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement