Selasa 26 Oct 2010 18:44 WIB

Sekolah Negeri di Prancis Rindu Agama

Sista Prancis dalam sebuah karnaval
Foto: AP
Sista Prancis dalam sebuah karnaval

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Di tengah penerapan prinsip-prinsip sekuler di sekolah-sekolah negeri di Prancis, ternyata civitas akademikanya rindu akan agama.Sebuah penelitian yang dihajat The High Council for Integration (HCI) membuktikan, terjadi peningkatan yang signifikan terkait masalah dengan siswa dari latar belakang imigran, terutama  terkait mata pelajaran tentang Holocaust, Perang Salib atau evolusi; permintaan makanan halal; dan makin besarnya penolakan akan budaya Prancis dan nilai-nilainya.

"Hal ini menjadi sulit bagi guru untuk melawan tekanan agama," kata laporan itu, yang diterbitkan dalam bentuk draf oleh surat kabar Journal du Dimanche selama akhir pekan ini. Laporan akhir akan disampaikan kepada pemerintah bulan depan.

"Kita sekarang harus menegaskan kembali guru sekularisme dan melatih bagaimana menangani masalah spesifik terkait dengan penghormatan terhadap prinsip ini," tulis mereka.

Prancis ketat memberlakukan pemisahan agama, dan memasukkan agama  ke ruang privat. Pendekatan ini antara lain menentang identitas Islam yang kini diprotes lima juta Muslim di antara 65 juta penduduk negara itu.

Presiden HCI, Patrick Gaubert, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa pihaknya memutuskan untuk mempelajari bagaimana murid dari latar belakang imigran disesuaikan dengan sistem sekolah negeri. "Ini merupakan inti dari tantangan yang harus dihadapi masyarakat Perancis."

Laporan, yang mempelajari berbagai masalah yang dihadapi oleh siswa dari latar belakang imigran, nsmun tidak memberikan angka tingkat masalah terkait dengan agama.

Laporan ini menyebut, guru sering dihadapkan keberatan ketika mereka mengajar mata kuliah tentang agama-agama dunia, Holocaust atau perang Perancis di Aljazair, atau peristiwa dibahas berhubungan dengan Israel dan Palestina atau tindakan militer Amerika di negara-negara Muslim, kata studi tersebut. "Para guru secara teratur menemukan bahwa orang tua Muslim menolak anak-anak mereka belajar tentang agama Kristen," katanya. "Sebagian orang berpikir itu sebagai bentuk penginjilan."

"Anti-Semitisme muncul selama program pelajaran tentang Holocaust, seperti lelucon tidak pantas dan siswa menolak untuk menonton film kamp-kamp konsentrasi tentang Nazi," katanya. "Ketegangan sering kali datang dari siswa yang mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim."

Guru menemukan mereka bisa mendiskusikan perdagangan budak transatlantik tapi bertemu kritik dari siswa ketika mereka dibesarkan sejarah perbudakan di Afrika atau di Timur Tengah. Demikian juga saat menjelaskan tentang Teori Darwin. "Evolusi ditentang oleh murid yang menempatkan tindakan ilahi atau kreasionis tanpa argumen untuk itu."

Di beberapa daerah dengan populasi imigran yang besar, banyak siswa menghindari kafetaria sekolah untuk alasan agama, meskipun menu yang tersedia menawarkan alternatif lain untuk daging babi. "Permintaan untuk menu halal yang kuat, bahkan untuk orang yang sangat muda di sekolah taman kanak-kanak," katanya. "Di beberapa kota, ada petisi untuk penyediaan pangan halal di sekolah-sekolah."

Perancis memungkinkan sekolah-sekolah agama swasta dan jumlah sekolah Yahudi telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ada beberapa sekolah Muslim namun kebanyakan orangtua akan mengalami kesulitan membayar uang sekolah.

Laporan itu mengatakan sekolah-sekolah Prancis harus bersikap kooperatif, menerapkan hak yang sama, dan saling menghormati. Penolakan justru akan menumbuhsuburkan penentangan. "Menjadi warga negara Prancis berarti tantangan untuk menerima pendapat seseorang  ini adalah harga yang harus dibayar untuk kebebasan berpendapat dan berekspresi. "Harus kita ingat bahwa kejahatan penghujatan tidak ada di Perancis sejak Revolusi Perancis, bukan?" tutup laporan ini.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement