REPUBLIKA.CO.ID,CHICAGO--Sebuah akademi Islam di Chicago yang sempat ditutup selama 10 tahun, dibuka kembali. Akademi yang kembali memulai aktivitasnya pada bulan lalu ini, sekarang memiliki mahasiswa yang setengahnya merupakan non-Muslim.
''Seluruh Amerika membutuhkan sebuah lembaga pemikiran Islam,'' ujar Ali Yurtsever, seorang mantan sarjana penelitian di Georgetown University yang kini menjadi pengawas pembukaan kembali Akademi Islam itu. ''Jika anda tidak memiliki perguruan tinggi Islam, maka orang-orang akan disesatkan, mereka akan mudah ditipu dan permusuhakan akan terus berkembang.''
Saat ini separuh dari siswa yang terdaftar di Akademi Islam Amerika itu merupakan non-Muslim. Terlepas dari asal-usul mahasiswanya, kampus itu tampaknya dibuka kembali untuk menciptakan ruang dialog dan diskusi. Profesor Ekmeleddin Ihsanoglu yang juga Sekjen OKI menjabat Ketua Dewan Pengawas perguruan tinggi itu.
Yurtsever mengatakan, meningkatnya sentimen anti-Islam tak lepas dari kurangnya pengetahuan mengenai Islam. Kampus ini memiliki kewajiban moral bagi Muslim Amerika untuk mengatasi masalah tersebut. ''Hari ini Muslim Amerika memiliki peran dan tugas untuk memimpin jalan melalui perilaku moral dan partisipasi aktif di dalam gerakan politik yang positip terhadap penciptaan masyarakat yang adil, damai, dan adil,'' tuturnya.
Akademi Islam Amerika didirikan pada 1881 sebagai perguruan tinggi swasta yang nirlaba. Kuliah di kampus ini memakan waktu selama empat tahun dengan jurusan bahasa Arab dan Studi Islam. Pada maret 1983, perguruan tinggi ini menempati sebuah gedung di Lake Shore Drive dan September 1983 memulai tahun akademik yang pertama.
Pada 1991, akademi ini diberi kewenangan untuk memberikan gelar Associate of Arts di samping gelar Bachelor of Arts yang sudah dimilikinya.