Kamis 23 Sep 2010 10:36 WIB

OKI: Pembakaran Alquran Jadi Bagian dari Sentimen Anti-Islam Global

Rep: Al Arabiya/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) mendesak Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk mengecam pembakaran Alquran di Amerika Serikat. Perbuatan tak bermoral itu dinilai sebagai bagian dari sentimen Anti-Islam global.

Sebuah resolusi yang diajukan Pakistan dengan mengatasnamakan 57 negara anggota OKI telah diajukan untuk mengecam pembakaran Alquran tersebut. Meskipun pencetus 'Hari Pembakaran Alquran' itu, pendeta evangelis Tery Jones membatalkan rencana yang dilakukan pada 11 September tersebut. Namun beberapa orang pengikutnya tetap menjalankan aksi provokatif tersebut.

Seorang diplomat optimistis, resolusi untuk mengecam pembakaran Alquran itu akan disahkan karena didukung oleh seluruh anggota OKI dan negara-negara lainnya. Pembakaran Alquran yang digagas Pendeta Tery Jones dinilai sebagai salah satu dari kasus intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan terhadap umat Islam di banyak negara.

Desakan dikeluarkannya resolusi itu merupakan upaya dari OKI, Rusia, Cina, dan negara lain dari Asia maupun Afrika untuk meminta PBB agar sentiman anti-Islam (Islamphobia) dimasukkan sebagai perbuatan rasisme yang bertentangan dengan hukum internasional.

Dalam pidato di Jenewa beberapa hari lalu, Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu, juga berpendapat bahwa pembakaran Alquran merupakan bentuk pencemaran nama baik agama seperti yang dilarang PBB. Namun negara-negara Barat dan beberapa negara di Amerika Latin menolak pandangan itu. Alasannya, pendapat OKI itu bisa merusak kebebasan berekspresi dan berbicara mengenai agama sehingga tak sesuai dengan hak asasi manusia universal.

Seorang diplomat Eropa mengatakan, mereka tidak mungkin untuk menolak resolusi OKI karena pemerintah mereka telah mengutuk ide pembakaran Alquran. Tapi, mereka juga khawatir resolusi itu akan digunakan untuk meningkatkan tekanan atas tindakan yang dianggap pencemaran nama baik dan Islamphobia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement