Jumat 25 Jun 2010 01:17 WIB

Menjadi Mualaf, Tren Baru di New Jersey

Mualaf dari etnis Hispanik di New Jersey, AS.
Foto: njmonthly.com
Mualaf dari etnis Hispanik di New Jersey, AS.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW JERSEY--Menjadi mualaf tengah menjadi tren di New Jersey, Amerika Serikat. Media News Observer melaporkan, tata cara yang gampang untuk menjadi seorang Muslim membuat banyak orang yang jemu dengan hidup tanpa pegangan melarikan diri ke masjid dan menganut Islam. "Anda hanya perlu mengucapkan pengakuan mengenai Allah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya, maka saat itu juga Anda telah menjadi seorang Muslim," tulis media ini.

Di luar itu, tak ada prosedur yang rumit dan mahal. "Pernyataan yang dikenal sebagai syahadat itu dibacakan di hadapan para saksi, seringkali jemaat di Masjid," kata Mohammed Qatanani, pemimpin spiritual dari Pusat Islam Passaic County di Paterson, NJ, seperti dikutip News Observer.

Hampir tiap pekan, ada saja orang yang datang ke masjid dan meminta untuk diislamkan. Itu sebabnya, kata Qanani, pihaknya melakukan pemeriksaan untuk tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. "Jika seseorang mengatakan kepada saya bahwa mereka bersedia masuk Islam, saya akan mencoba untuk memastikan itu adalah tindakan sukarela," kata Qatanani.

Dalam sebulan, rata-rata pihaknya mengislamkan antara tiga hingga empat orang. "Saya mencoba untuk memastikan bahwa orang tersebut tidak melakukannya untuk kepentingan apapun tetapi karena ia percaya pada keesaan Allah. Kemudian orang yang membuat deklarasi, dan mereka menjadi seorang Muslim."

Beberapa masjid juga mengalami hal yang sama, kedatangan banyak tamu yang minta diislamkan. Itu sebabnya, kini, mereka mempunyai program baru, yaitu pendampingan bagi mualaf. Menurut Waheed Khalid, presiden masjid Darul Islah di Teaneck, NJ, mengatakan pada mualaf cenderung emosional.

"Dalam beberapa kasus, orang tersebut meninggalkan segalanya di belakang," kata Khalid. "Ibu atau ayah atau keluarga mungkin tidak menyetujui keputusan setelah deklarasi ini, dan mereka membutuhkan dukungan."

Masjid juga mendorong mualaf untuk belajar tentang Islam dan mengundang mereka ke kelas di mana mereka dapat belajar tentang keimanan, bahasa Arab, dan studi Quran. "Beberapa kelompok juga menawarkan dukungan tobat nasuha," kata Khalid.

Seperti halnya ditemukan dalam agama lain, para mualaf biasanya mempunyai semangat beragama yang tinggi ketimbang mereka yang sudah lebih dulu memeluk agama Islam. "Inilah pentingnya untuk mengarahkan mereka, agar jangan sampai semangat yang tinggi ini menjadi salah arah," kata  Aref Assaf, presiden American Arab Forum.

Muslim diharapkan untuk melakukan hal-hal seperti menghindari alkohol dan daging babi, dan mengajak mereka menabung untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. "Setidaknya sekali seumur hidup, mereka harus berkunjung ke sana," ujarnya.

Di sisi lain, kata Assaf, Muslim yang lain juga perlu didorong untuk lebih giat belajar agama. "Seperti agama lain, kita memiliki umat Islam yang sangat setia, tapi kami juga memiliki Muslim yang tidak berdoa dan tidak pergi ke masjid namun mereka mengatakan mereka Muslim," katanya. Dengan para mualaf, mereka bisa saling mengisi.

sumber : News Observer
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement