NORTH CAROLINA--Kekhawatiran menghinggapi sebagian Muslim AS. Perasaan itu muncul setelah sembilan tahun mereka merasa terus-menerus diawasi oleh pemerintah federal. Semua bermuara pada sikap pemerintah pascaperistiwa serangan 11 September 2001.
Perasaan ini membuat biro sensus pemerintah yang melakukan sensus pada 2010, bekerja ekstra. Mereka harus ber upaya meyakinkan, sensus yang dilakukan tak menjadi pemantik rasa takut bagi komunitas Muslim. Mereka pun bekerja sama dengan organisasi Muslim.
"Anda mungkin akan mendapatkan orang-orang yang masih memiliki pola pikir paranoid," kata Direktur Muslim American Society’s Freedom Foundation di North Carolina, Khalilah Sabra, seperti dikutip Associated Press, belum lama ini. Sabra mengungkapkan, perasaan itu masih dirasakan oleh komunitas Muslim di wilayah Raleigh-Durham, North Carolina.
Peristiwa terakhir yang mengganggu perasaan mereka adalah saat Juli 2009 lalu sebanyak tujuh Muslim di sana ditangkap. Tuduhannya, merencanakan aksi teror. Menurut dia, yang bekerja untuk meyakinkan Muslim berpartisipasi dalam sensus, beberapa kali mendengar dari banyak orang tak akan mengisi formulir sensus.
Sangat berat untuk meyakinkan orangorang bahwa sensus ini akan menjadi alat yang membantu mereka. "Mereka takut, informasi yang diperoleh pemerintah melalui sensus akan digunakan
bukan untuk kepentingan mereka. Namun sebaliknya, pada masa mendatang informasi itu justru dimanfaatkan menentang dan merugikan mereka," ungkap Sabra.
Mohamad El Gamal, yang memimpin Muslim American Public Affairs di wilayah Raleigh, mengungkapkan, masalah utamanya adalah 30 ribu hingga 40 ribu Muslim yang tinggal di sana telah merasa skeptis akibat pengawasan ketat, yang mereka rasakan selama ini. Kalaupun tak terjadi peristiwa penangkapan pada Juli lalu, kata dia, mereka tetap saja akan skeptis. Mereka tak tertarik ikut ambil bagian dalam sensus.
Jihad Shawa, penduduk Raleigh, pun mendengar pernyataan yang sama. Namun tampaknya, Shawa memiliki sikap berbeda. Ia ikut ambil bagian dalam sensus itu. Ia beralasan, mengabaikan sensus dikhawatirkan akan membuat Muslim AS berada dalam posisi tak bisa mengambil manfaat penuh dari kewarganegaraannya. "Saya tak akan membebani pikiran saya hingga saya hidup dalam ketakutan. Sebab, saya adalah seorang Muslim," kata Shawa.
Rahman Khan, seorang tokoh Muslim di Charlotte, yang telah berkeliling ke sejumlah wilayah, mendatangi masjid dan melakukan pertemuan dengan pemimpin komunitas, memiliki kesimpulan dari sejumlah kunjungan itu. Dia mengungkapkan, bagian dari ketakutan yang mereka rasakan bersumber dari kurangnya pemahaman tentang bagaimana data sensus itu nanti digunakan. Seorang perempuan di daerah Greensboro, ujarnya, mengatakan Muslim mestinya tak mengisi data sensus.