Rabu 23 May 2018 16:51 WIB

Aktivitas Seru Warga Kampung Mualaf IZI Selama Ramadhan

Banyak kegiatan dilakukan untuk mengisi waktu jelang berbuka puasa.

Kampung Mualaf
Foto: Humas IZI
Kampung Mualaf

REPUBLIKA.CO.ID, Di Kota Bekasi, Jawa Barat, ada sebuah tempat yang disering disebut Kampung Mualaf. Di tempat ini, terdapat ratusan warga yang menjadi mualaf sejak tahun 1990-an hingga saat ini.

Kampung Mualaf sendiri berada di tapal batas Provinsi DKI Jakarta-Jawa Barat, Kampung Sawah, Kelurahan Pondok Melati, Kecamatan Jati Sampurna, Kota Bekasi. Kampung ini awalnya adalah daerah pembuangan jenazah pribumi oleh Missionaris Belanda pada masa VOCC (Veitangde Oast Inttische Compagnie) pada 1602-1799.

Komunitas Kristen Kampung Sawah bermula dari kelompok Modjowarno yang datang dari Jawa dan pindah ke Jawa Barat. Salah satu tokoh yang merupakan Ayah dari Dradjat Madjan adalah seorang pendeta jemaat Gereja Pasundan Kampung Sawah pada akhir abad ke-20. Sang kakek belum dibaptis ketika datang ke kampung ini, ia ikut sebagai simpatisan.

Di antara kelompok Bondo terdapat Beny Kidirnan, cucu dari Kyai Ibrahim Tunggal Wulung yang kemudian menjadi seorang aktivis Gereja Katolik di Kampung Sawah. Maka selanjutnya di Kampung Sawah mulai terbentuk sebuah komunitas Kristen yang bersifat unik.

 

Kelompok pendatang yang masih berbahasa Jawa mesti menyesuaikan diri dengan situasi baru yang serba sulit. Mereka juga menyesuaikan diri dengan kelompok Betawi yang berbahasa Melayu dan terdiri atas berbagai kebudayaan dan keturunan.

Menurut Amiruddin (32) salah seorang Penanggung Jawab Pelaksana Harian Kampung Bina Mualaf mengatakan, secara historis, umat Islam dan Kristen di Kampung Sawah berasal dari satu rumpun ataupun satu keturunan. Akibatnya, hubungan kekeluargaan sangat terlihat akrab. Bahkan ada dalam satu keluarga terdapat beberapa penganut agama.

Suasana demikian juga didukung oleh letak desa yang cukup terpencil, sehingga satu sama lain saling membutuhkan dan saling membantu apabila memperoleh kesusahan. Kegiatan yang saling menunjang tersebut membuat kerukunan beragama secara kasat mata cukup tercipta di Kampung Sawah.

Keadaan seperti ini sangat positif, karena dalam kondisi lingkungan yang memiliki perbedaan, apalagi dalam masalah agama terdapat hubungan yang harmonis, rukun antara masyarakatnya. Dalam konteks ini keadaan tersebut cukup membantu perkembangan daerah Kampung Sawah pada khususnya dan daerah Bekasi pada umumnya.

Dampak negatifnya terutama bagi pandangan ajaran Islam adalah adanya perkawinan campuran antara dua agama yang berbeda. Hal ini karena mereka sangat rukun dan tidak menjadikan perbedaan agama sebagai masalah atau pemisah antara mereka yang berlainan agama, sehingga masyarakat tidak peduli lagi dengan ajaran agama, terutama ajaran Islam yang melarang keras perkawinan antar umat beragama. Kondisi seperti ini sangat sering terjadi, misalnya suatu perkawinan antara mempelai laki-laki dan wanita yang berbeda agama. "Hal ini sangat dikhawatirkan, karena satu keluarga, tetapi memiliki agama yang berbeda, tentu tidak akan menghasilkan generasi penerus Islam yang tangguh dan taat kepada ajaran agamanya," ujar Amiruddin, Rabu (23/5).

Belakangan, Kampung Sawah justru dikenal sebagai Kampung Mualaf. Penyebabnya, ada ratusan warganya yang menjadi mualaf.

Pada bulan Ramadhan, warga mualaf banyak yang belajar mengaji di salah satu lokasi dekat rumah mereka. Lokasi tersebut bernama Majelis Daarul Amanah atau masyarakat setempat biasa menyebut dengan Bina Mualaf Kampung Sawah milik tanah wakaf Haji Mamat, warga setempat aseli Betawi.

Sejak 2015, Kampung Bina Mualaf resmi dibantu dan menjadi salah satu Program Unggulan LAZNAS Inisiatif Zakat Indonesia (IZI). Dengan asnaf zakat mualaf, IZI fokus terhadap pembinaan Keislaman dan Pemberdayaan Ekonomi kepada warga Mualaf di Kampung Sawah.

photo
Lapak Berkah IZI di Kampung Mualaf

Mereka belajar didampingi para Dai IZI yang rutin diadakan setiap pekan dan khusus mendampingi warga selama bulan suci Ramadhan.

Seperti halnya Triswara dan Mashur Izzah, para Dai IZI yang rutin membimbing para warga mualaf di Kampung Sawah. Untuk kalangan anak-anak turut dibimbing oleh Lujeng Cipta Laras dan Nur Sofiah yang bertugas di Taman Pendidikan al Quran Anak dan Kaum Ibu.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, setiap selesai salat subuh dan zuhur, warga mualaf belajar mengaji. Ada yang masih belajar membaca huruf Arab, ada juga yang sudah fasih membaca ayat-ayat suci Alquran. Juga dilengkapi dengan Kajian Keislaman secara rutin.

Mayoritas hal tersebut ditekuni oleh kaum Ibu dan anak.

Ferdiwanti (48), salah satu mualaf mengatakan, seusai bersyahadat ketika berusia 40 tahun, dia memilih langsung menimba ilmu di Kampung Bina Mualaf tersebut selepas ia berpisah dengan sang suami.

"Ini saya lakukan untuk mempertebal ilmu agama Islam yang sebelumnya belum pernah saya dapatkan selama anak-anak hingga dewasa. Dan ini saya teguhkan selepas saya pisah dengan suami saya yang masih non muslim," katanya.

Ferdiwanti hingga saat ini aktif mengikuti berbagai kegiatan di Kampung Bina Mualaf IZI tersebut. Saat Ramadhan seperti saat ini, dia mengajak warga mualaf lainnya untuk belajar mengaji bersama-sama di tempat tersebut.

 "Saya menjadi mualaf sejak umur 40 tahun, lalu dirangkul oleh kawan-kawan yang ada di Bina Mualaf Kampung Sawah. Saya berharap mualaf yang lain benar-benar mempelajari agama Islam dan mengamalkan," paparnya.

Di Kampung Bina Mualaf tersebut tidak hanya belajar dan mengkaji Keislaman, namun untuk menunjang perekonomian para mualaf, mereka aktif berkarya melalui produksi usaha molen dengan beraneka rasa. Tertulis dengan nama Molen Amura yang berisi pisang, nangka, durian, hingga kornet, sosis, ayam, dan daging sapi.

"Setiap hari di bulan Ramadhan ini agenda kegiatan kami di Kampung Bina Mualaf memang padat. Dari subuh sampai subuh lagi. Karena selain program mengaji juga kami mempunyai usaha produksi Molen Amura dengan berbagai rasa asli seperti pisang, durian, nangka, daging kornet sapi, sosis, ayam hingga sapi. Kesemua itu sebagai upaya menjaga para mualaf dalam hal perekonomian." ujar Amiruddin.

Tidak hanya belajar di musala, mualaf yang ingin belajar di rumah, para petugas Kampung Bina Mualaf akan telaten mendampingi mereka.

Faktor usia bukan menjadi penghalang bagi para mualaf ini untuk tetap belajar Islam dan membaca Alquran.

Di Kampung Bina Mualaf ini juga tidak melulu adakan program yang sifatnya terfokus kepada para Mualaf, setiap hari senin, menurut Agung Purnomo (38) selaku Penanggung Jawab Program Bina Mualaf asal IZI menerangkan terdapat program umum yang juga melibatkan warga non muslim seperti Acara Parenting atau Kiat Sukses Membina Keluarga. Selain itu juga turut dibahas bagaimana menjadi seorang Ibu yang sukses bagi keluarganya.

"Setiap hari senin disini terdapat program umum yang juga melibatkan warga non muslim seperti Acara Parenting atau Kiat Sukses Membina Keluarga. Selain itu juga turut dibahas bagaimana menjadi seorang Ibu yang sukses bagi keluarganya," kata Agung Purnomo.

Dan dalam waktu dekat, di Kampung Bina Mualaf ini akan diselenggarakan kegiatan Pesantren Ramadhan selama beberapa hari untuk berbagai kalangan. Acara diakhiri dengan pembagian makanan buka puasa di jalanan dan shalat tarawih bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement