Kamis 16 Feb 2017 17:18 WIB

Dalam Mimpi, Sephy Diperlihatkan Kota Makkah

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terlahir dalam keluarga dengan keyakinan yang sama, ternyata tidak menjadi sebuah jaminan bahwa kehidupan spiritual seseorang akan berjalan mulus dan tanpa hambatan berarti. Namun, tidak demikian yang dialami Sephy Lavianto.

Berbagai benturan terkait dengan kepercayaan yang ia anut datang silih berganti. ''Meski berasal dari keluarga Katolik dan sejak lahir sudah memeluk Katolik; dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak benturan dalam kepercayaan yang saya anut,'' ujar Sephy.

Benturan tersebut berupa keganjilan-keganjilan yang ia rasakan terhadap ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik. Salah satu contohnya adalah keharusan untuk menghormati pastor sedemikian rupa sehingga ia bisa dijadikan sebagai perwakilan Tuhan. Selain itu, sikap lembaga gereja, kata dia, juga tidak ramah terhadap penganutnya sendiri.

Puncak benturan terhadap keyakinan lamanya ini terjadi manakala pria kelahiran Medan, 5 September 1976, ini mengalami kegagalan dalam membina rumah tangga. ''Kejadian yang paling menyentak adalah setelah saya menikah secara Katolik. Dalam perjalanannya, ternyata saya tidak berhasil dalam pernikahan itu,'' ungkap ayah seorang putra ini.

Keinginannya untuk mengakhiri biduk rumah tangganya ternyata mendapat tentangan dari pihak gereja. Dalam ajaran Katolik, pemeluknya tidak diperbolehkan untuk menceraikan istri atau suami.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement