Rabu 29 Jul 2015 05:26 WIB

Mualaf Kanada Kerap Dituduh Radikal

Rep: Sonia Fitri/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Komunitas Muslim di Ottawa melakukan sejumlah kajian terkait alasan di balik seseorang menyatakan diri sebagai mualaf. Hal tersebut guna menghilangkan prasangka negatif terkait maksud seseorang memeluk Islam.  

“Ada stigma bahwa orang yang baru masuk Islam akan menjadi Muslim radikal, misalnya mereka bergabung dengan ISIS,” kata Pemimpin Studi Akademik dari University of Melbourne Prof Scott Flower pada pertemuan yang diselenggarakan Sabtu (25/7).

Padahal, setelah dilakukan kajian, mualaf semacam itu hanyalah sebagian kecil. Sisanya adalah mereka yang memeluk Islam yang sepakat akan ajarannya yang rahmatan lil alamin. Kalangan mualaf seperti inilah yang perlu didukung.

Ia mencontohkan cerita yang datang dari mualaf Ottawa Ottawa John Maguire. Keputusannya bergabung dengan ISIS di Suriah telah menimbulkan persepsi yang sangat negatif di sekitar kalangan mualaf secara umum.

Kalangan yang kemudian disebut “mualaf radikal” tersebut menjadi aktif dalam pergerakan politik yang radikal. Padahal disadari atau tidak, tindakan tersebut sangat merendahkan statusnya sebagai mualaf layaknya menyimpan agama di posisi yang kecil “di bawah mikroskop di Kanada”.

Adapun contoh para mualaf yang memahami Islam sebagai agama yang damai ditunjukkan oleh Chelby Marie Daigle. Ia menjadi mualaf sejak sepuluh tahun yang lalu. "Kami minoritas ganda," kata Chelby.

Ketika seseorang mendengar saya pindah agama Islam, banyak yang mencurigai masuk paham radikal serta mempertanyakan alasan pilihannya. Sebagai kalangan minoritas ganda, lanjut Daigle, sebab ada muallaf yang menjadi radikal dan ada mualaf yang mengikuti ajaran Islam sejati yang cinta damai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement