Senin 02 Mar 2015 15:46 WIB

Berlabuh dalam Genggaman Islam (2-habis)

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Menurut Sulthon, dirinya memang bertugas untuk memurtadkan kalangan pemuda terutama mahasiswa. “Apabila kita ingin menghancurkan masa depan umat, kita hanya perlu menghancurkan generasi penerusnya saja,” ungkapnya.

Sepuluh tahun dijalani Sulthon sebagai seorang Kristiani. Perjalanannya itu pun akhirnya selesai pada 2008. Tepat di tahun inilah Sulthon memutuskan kembali berlabuh dalam genggaman Islam.

Kembalinya Sulthon menjadi Muslim karena penelitian yang pernah ia lakukan. Ia melakukan penelitian terhadap ajaran agama yang dahulu pernah dianutnya.

Hasilnya, pemikiran terhadap Islam yang selama ini dia ketahui ternyata salah dan keliru. Karena itulah, dia memutuskan kembali menjadi umat Rasulullah SAW.

Saat ini Sulthon merupakan salah satu staff sekretariat di proyek pembangunan Islamic Center Masjid az-Zikra Gunung Sindur, Bogor. Dia juga merupakan penulis majalah visioner.

Berbeda halnya dengan Elviya yang juga seorang mualaf. Dahulu wanita bermata sipit ini merupakan penganut katolik. Wanita yang bekerja di perusahaan asuransi ini  berlabuh dalam ajaran Islam dan menjadi mualaf sejak tahun lalu.

Elviya menerangkan, sebenarnya tanda-tanda hidayah Allah SWT telah diberikannya sejak TK. Saat itu entah mengapa dia selalu merasa tenang jika mendengarkan azan. Bahkan, di usia SD pernah pula dia bermimpi melihat Masjidil Haram. Ketika itu, Elviya mengaku tidak tahu makna itu semua. “Dan ternyata makna itu ditemukannya sekarang,” ungkap Elviya.

Menurut wanita yang tinggal di Karawaci Tangerang ini, dia tertarik dengan Islam tanpa ada ajakan dari siapapun. Semuanya datang dengan sendiri ke dalam hati dan hidupnya. Ia menerangkan, Allah SWT telah menyentuh hatinya secara langsung.

“Saya tidak tahu secara pasti hal yang membuat saya tertarik, hanya saja saya merasa nyaman dan tenang bila mendengarkan azan,” ungkap Elviya. Karena itulah, semenjak itu dia sadar agama yang seharusnya dipegangnya bukan katolik tapi islam.

Elviya mengaku tidak ada pertentangan keras dari keluarga saat ia memutuskan untuk masuk Islam. Menurutnya, kedua orangtua terlihat pasrah saat dia meninggalkan agama keluarganya itu.

Untuk memahami ajaran Islam, wanita yang berusia 31 tahun ini mengaku belajar dengan sendiri. Dia menyatakan, dirinya belajar dengan membaca buku-buku Islam. Atau, dia menambahkan, terkadang dia juga pernah diajari oleh temannya yang beragama Islam dan memahami benar tentang ilmu Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement