Senin 02 Mar 2015 15:39 WIB

Berlabuh dalam Genggaman Islam (1)

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).
Foto: kaligrafibambu.com
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Awalnya, Muhammad Sulthon Abdullah terlahir sebagai seorang Muslim. Bahkan, keluarganya bisa dibilang sebagai keluarga yang begitu dekat dengan ajaran Islam.

Namun kondisi demikian tidak menjadikan laki-laki berusia 31 tahun ini bertahan untuk menjadi umat Nabi Muhammad SAW. “Saya merasa agama Islam itu tidak logis,” ungkap laki-laki yang dahulu bernama Anton Kristianto.

Sedari kecil, Sulthon selalu menurut segala hal yang diperintahkan orangtuanya. Termasuk, ungkap dia, praktik puasa mutih maupun berdiam diri di makam buyutnya.

Sulthon menduga kuat kegiatan-kegiatan tersebut merupakan ajaran Islam yang sebenarnya. Maka dari itu, dia menyatakan merasa aneh dengan ajaran Islam kejawen yang dianut keluarganya itu.

Setelah kedua orangtua Sulthon bercerai, kehidupannya berantakan. Bahkan, dia mengaku menjadi anak jalanan dan semakin menjauh dengan Islam. Hingga akhirnya Sulthon meninggalkan Islam pada 1998.

Sekitar tahun 1998, Sulthon dengan tegas meninggalkan Islam. Berbagai macam polemik pikiran dan psikologis membuatnya memutuskan pilihan tersebut. Dia pun melabuhkan keyakinannya di agama Kristen Mormon.

Sulthon sendiri merasa tidak tanggung-tanggung, dia pun menetapkan dirinya menjadi misionaris. Dia ingin memurtadkan kalangan umat lain terutama Islam yang berada di wilayah Malang.

Untuk membuktikan kebencian Sulthon terhadap Islam, dia menjelaskan pernah melakukan tindakan yang sangat jahat terhadap ajaran Islam.

Dia mengaku pernah membakar alqur’an dan kumpulan hadits yang selama ini ia miliki. Menurutnya, upaya ini dilakukan sebagai bukti atas kebencian terhadap Islam.

Bertahun-tahun Sulthon jalani sebagai seorang misionaris. Dia mengungkapkan, dirinya berhasil memurtadkan 69 mahasiswa beragama Muslim. Target itu didapatkannya dari mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Malang, Jawa Timur.

Untuk memurtadkan, Sulthon mengaku dirinya tidak menggunakan beras atau uang untuk memengaruhi pikiran umat Muslim waktu itu. Menurutnya, dia hanya bermodal diskusi dengan kalangan tersebut.

Sulthon menjelaskan, langkah awal untuk memurtadkan cukup dengan meracuni pikiran para mahasiswa dengan obrolan yang disajikan. Setidaknya, kata dia, pemikiran dan gaya hidup mereka menjauh dari ajaran Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement