Selasa 28 Oct 2014 20:41 WIB

Amy Klooz: Nikmatnya Shalat Tahajud

Mualaf (ilustrasi)
Foto: courtesy onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Amy Klooz spontan sujud dan berlumuran air mata. Ia gundah. Disatu sisi, ia mau menerima Islam. Disisi lain, ia takut gagal dengan pilihannya itu. "Saya seorang yang takut gagal. Saya rakut terlalu membebani diri sendiri," kenang Amy seperti dilansir onislam.net, Selasa (28/10).

Namun, waktu menenangkan pikirannya. Apalagi setelah bertemu dengan keluarganya di Raleigh. Ia mulai berbagi dengan seseorang yang memahami dirinya. Secara teratur, rasa cemas dan gundah Amy berkurang. Ia mulai tidak melihat masjid sebagai intimidasi atau forum yang ingin membantunya menjadi seorang Muslim.

"Saya mulai mengubungi masjid. Saya minta kepada mereka mengajari bagaimana shalat. Tapi tidak ada balasan. Ini yang membuat saya sedih," kata dia.

Amy kemudian bertemu dengan salah seorang anggota Asosiasi Mahasiswa Islam (MSA) di kampusnya. Saat itu,  secara tidak sengaja mengakses laman MSA dan melihat mereka akan menggelar pertemuan. Amy datangi pertemuan itu dengan harapan bisa menghilangkan kegundahannya. Alhamdulillah, MSA menerima Amy dengan baik. Bahkan mengajaknya untuk menghadiri setiap pertemuan MSA.

Beberapa saat kemudian, Amy mendapat balasan dari masjid. Lalu, ada pihak masjid yang menghubunginya. Awalnya Amy cemas. Namun, perlakuan yang santun, dan lemah lembut petugas masjid menghanyutkan kecemasannya itu. Oleh petugas itu, Amy diberikan sejumlah buku tentang shalat.

"Lalu petugas masjid mengundang saya untuk datang pada saat pelaksanaan shalat Jumat. Saya diajari bagaimana shalat yang benar," ucapnya.

Amy begitu senang dengan apa yang dilaluinya waktu itu. Sewaktu sampai di rumah. Ia segera melanjutkan latihan shalat. "Saya begitu menikmati shalat tahajud," kata dia.

Untuk pertama kalinya, Amy semakin yakin untuk mengucapkan syahadat. Ia merasa perlu mendalami apa itu esensi shalat sehingga merasakan nikmatnya berkomunikasi dengan Tuhan. "Saya ingin melihat shalat lebih mendalam, " kata dia.

Dua bulan sesudahnya, Amy memutuskan memeluk Islam dan mulai mengenakan hijab. Ini menjadi satu prosesi baru dalam hidupnya. Dimana ia menjelaskan kepada rekan sekampus soal status barunya. Begitupula dengan mengenalkan apa yang ia yakini kepada keluarganya.

"Satu tahun saya mempelajari Islam sebelum akhirnya memutuskan menjadi Muslim. Saya melihat peran Allah begitu besar dalam upaya saya menjadi Muslim," ucapnya. Bersambung...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement