Selasa 21 Oct 2014 20:43 WIB

Di Penjara, An-Naje Jones Melihat Keindahan Islam

Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  An-Naje Jones pertama kali tahu tentang Islam ketika ia berusia 11 tahun. Saat itu, yang dipahami seorang Muslim menyembah satu Tuhan dan tidak mengkonsumsi babi.

"Saya juga diberitahu, Islam adalah agama untuk ras kulit hitam dan ras lain tidak bisa menjadi Muslim. Tapi aneh, saya tidak yakin dengan hal itu," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Selasa (21/10).

Jones dibesarkan dalam keluarga yang percaya Yesus. Jones pun dibaptis. "Jadi, satu-satunya cara saya berdoa dengan Tuhan, ya melalui Yesus. Dosa saya juga dihapus oleh Yesus. Tapi jujur, ini aneh menurut saya," kata dia.

Semasa remaja, Jones tak lagi mengunjungi gereja. Ia lebih memilih mempersiapkan diri untuk sukses secara duniawi. Di awal, ia meritis jalan itu dengan menjadi bagian dari program pelatihan korps cadangan. "Saya serius menjalani itu," kata dia.

Sayang mimpinya buyar. Ia terlibat satu insiden serius. Ia didakwa menyerang seseorang dengan senjata yang membahayakan. Iapun masuk penjara. Di penjara, ia satu sel dengan Mac-T. Seperti menjadi tradisi di penjara, orang yang lebih dulu masuk sel memiliki wewenang untuk menetukan aturan yang berlaku di sel.

"Ia meminta saya untuk melepas sepatu saat masuk sel, membersihkan lantai sebelum meninggalkan sel, dan tidak ada suara ketika ia shalat," kenang dia.

Awalnya Jones tak acuh dengan aturan itu. Komunikasi keduanya pun mandek. Hanya beberapa tahun kemudian, Jones baru tahu bahwa teman selnya adalah seorang Muslim.

Layaknya penghuni penjara lainnya. Jones kerap terlibat kekerasan, mabuk dan mencuri. Ia merasa frustasi dengan kondisi itu. Impiannya buyar. Selesai sudah masa depan yang dirintisnya.

Situasi kian runyam ketika ayahnya meninggal. Jones seolah hidup tanpa arah. Namun, ada tiga orang yang membantunya melalui masa sulit. Ketiga orang itu bernama Yaqub, Karem dan Wadi.

"Mereka bertiga adalah Muslim yang taat," ucap dia.

Berulang kali ketiganya mengajak Jones untuk mendatangi mushala. Namun, Jones lebih memilih hidup dengan budaya penjara. "Saya ateis waktu itu. Hal yang saya sembah hanyalah kekuasaan. Hal ini menghilangkan rasa frustasi saya atas masa depan yang hancur," ucapnya.

Tahun 1995, ia mendapat tugas di dapur. Ia bertanggungjawab atas pembuatan makanan. Saat bekerja, Jones ditemani Haywood dan Mustafa. Selama berinteraksi dengan mereka, banyak hal yang dibicarakan. Mulai dari politik, pendidikan, dan agama.

Suatu hari, Jones bertanya soal apa yang dibaca keduanya. "Saya yakin Anda tidak tertarik dengan apa yang membuat Anda tidak boleh membunuh atau minumn alkohol," kata dia.

Jones lalu mengaku pernah membacanya. Jones meyakinkan keduanya, tahu isinya bila diajarkan untuk membacanya. Keduanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jones. "Jadi, saya memutuskan belajar bahasa Arab. Setelah itu, saya diajari membacanya," kata dia.

Sejak itu, Jones mulai tertarik mempelajari Islam. Banyak hal yang membuatnya tertarik. "Saya selalu melihat Yaqub, Wadi, dan Kareem. Ketiganya lebih lama di penjara, tapi mereka seolah ikhlas," tanya dia.

Yang membuat Jones kagum, kebrutalan penjaran tidak mempengaruhi keyakinan ketiganya terhadap iman Islam. Ketiganya memegang teguh prinsip satu Tuhan, yakni Allah.

"Ini yang mengguncang jiwa saya. Saya mulai memohon untuk pengampunan dosa kepada Allah. Saya ingin dedikasikan hidup untuk Allah," kata Jones.

Beberapa lama, Jones semakin yakin dirinya mengucapkan bersyahadat. Itu dimulailah dengan meninggalkan geng dan segala keburukan di penjara. Niatnya kian kuat ketika banyak teman-temanya yang bersyahadat."Alhamdulillah," kata dia.

Usai bersyahadat, Jones segera mengenal lebih dalam agama barunya. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia ditunjuk sebagai pendakwah dalam penjara. Ia berbagi pengalaman kepada penghuni penjara soal keindahan Islam. "Penjara membantu saya untuk menyadari kesalahan saya. Mungkin saat ini saya tidak bisa menikmati hidup di luar penjara. Namun, saya ingin hidup bahagia di akhirat kelak. Insya Allah," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement