Rabu 15 Oct 2014 17:17 WIB

Elias Salaam: Di Alquran, Saya Temukan Allah dan Utusan-Nya

Mualaf (ilustrasi)
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Elias Salaam lahir di Washington, 27 tahun silam. Ia dibesarkan di Olympia hingga berusia delapan tahun. Kemudian, keluarganya memutuskan menetap di Vancouver, Kanada.

Semasa sekolah, Elias mempelajari berbagai agama. Ia cukup tertarik dengan asal-usul agama. Dalam pemikirannya, agama itu diberikan kepada manusia. Lalu manusia evolusikan agama sesuai dengan kebutuhannya.

"Pemikiran ini terinspirasi para filsuf Yunani," kenang dia seperti dilansir Onislam.net, Rabu (15/10).

Berbekal pengetahuan ilmu filsafat, Elias coba membedah agama. Ia merasa perlu tahu keberadaan Tuhan. "Awalnya saya ditertawakan. Tapi saya yakin, agama telah menjadi filsafat," ucapnya.

Merujuk pada argumennya itu, perlahan mulai muncul kesalahan dalam pemikiran Elias. Ada kelemahan dalam pemikirannya. Tapi ia tetap meyakini bahwa hidup itu adalah logika. Benar, ada kehidupan dan ada kematian. Namun, sebuah rantai pemikiran tunggal masuk ke dalam pemahaman Elias. "Saya seperti menerima pesan. Para filsuf mengatakan itu merupakan efek dari halusinasi agama. Tapi saya kira ini bukan," kata dia.

Elias mulai mengakui ada argumen yang mudah diterima akal pikiran. Tuhan telah memberikan satu pesan kepada manusia, pesan yang tidak bisa dipahami dengan indera.  "Pesan itu kepercayaan, keyakinan," kata dia.

Elias pun mulai menata ulang pemikirannya. Ia mulai mau menerima agama. Ia baca satu buku yang tidak pernah ia tengok. "Saya dapatkan satu nama. Nama nabi ini, Muhammad SAW," kata dia..

Elias tahu sejumlah nama nabi yang datang ribuan tahun lalu. Namun, nama ini belum pernah ia dengar. Seperti nama asing. "Tapi dia datang di zaman kita," kata dia.

 

Penasaran, Elias segera membaca Alquran lebih dalam lagi. Ada beberapa ayat yang kemudian menjawab pertanyaanya. "Saya temukan apa yang saya cari. Saya temukan Allah," ucapnya.

"Saya akhirnya mendapatkan pesan itu. Pada hari yang sama, saya ucapkan Tiada Tuhan Selain Allah, dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah," kata dia.

Tak lama setelah mengucapkan syahadat, ibu Elias meninggal. Kini ia hidup dengan bapaknya. Kemudian, ayahnya tahu bahwa Elias telah menjadi Muslim. Berbagai cara coba dilakukan ayahnya agar Elias tidak menjadi Muslim.  "Dia elalu mengatakan apakah saya menemukan kedamaian," ucap dia.

Bagi Elias, itu pertanyaan yang memberikan ruang untuk memberikan penjelasan. Pada akhirnya, satu pernyataan menyejukan muncul dari ayahnya. "Dia berkata pada saya, jika Anda menemukan kedamaian. Anda tidak ada alasan untuk hidup, kecuali Anda memiliki tujuan lain," kata dia.

"Alhamdulillah, saya punya tujuan, yakni mencari kebenaran. Ini saya mulai dengan shalat dan berdoa. Hidup dan mati saya hanya untuk Allah," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement