Jumat 19 Sep 2014 14:29 WIB

Justin Peyton: Berita Media AS Tentang Islam dan Muslim tak Benar

Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  Justin Peyton hanya mengenal agama terbatas pada perayaan Natal. Selebihnya, apa yang ia tahu soal agamanya hanyalah berbuat baik.

"Keluarga saya tidak pernah ke gereja. Tapi keluarga menekankan pada toleransi, rasa hormat terhadap keyakinan berbeda. Inilah yang nantinya membawa saya pada Islam," kata dia seperti dilansir onislam.net, Jumat (19/9).

Suatu hari, Justin dikejutkan satu peristiwa besar, yakni tragedi 9/11.  Media massa AS saat itu banyak memberitakan tentang Islam dan Muslim. Justin terheran-heran dengan pemberitaan itu. Apa yang dipaparkan media AS kala itu menurut Justin tidak benar.

"Saya punya sahabat seorang Muslim. Saya juga punya tetangga Muslim di Philadelphia. Itu tidak benar," kenang dia.

Selanjutnya, Justin terdorong untuk meneliti tentang Islam dan Muslim. Ia merasa perlu melakukan itu dengan harapan dapat menemukan fakta yang benar. Bermodalkan pengalaman berinteraksi dengan Muslim, Justin coba mencari pembanding lain, yakni internet.

"Saat itu, rujukan yang saya baca adalah laman yang khusus diperuntukan bagi kalangan non-Muslim," kenangnya.

Di laman itu, Justin menemukan banyak informasi, seperti misal shalat, puasa, haji dan sebagainya. Laman itu juga memuat informasi tentang keluarga, pernikahan dalam islam dan mualaf. Merasa belum cukup mendapatkan informasi yang dibutuhkan, Justin memutuskan membeli Alquran terjemaah bahasa Inggris.

"Saya baca Alquran. Saya temukan banyak hal logis yang menarik," kata dia.

Setelah beberapa bulan, justin memberanikan diri untuk menyambangi masjid. Awalnya, Justin kesulitan mencari masjid, namun berbekal informasi yang diperoleh dari tetangganya yang Muslim, ia menemukan sebuah masjid berjarak 45 mil dari rumahnya.

Di sana, Justin berdiskusi dengan jamaah masjid tersebut.  Pada kunjungan kedua, Justin semakin yakin bahwa Islam adalah kebenaran. Saat itu juga ia memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak itu, intensitas kunjungan Justin ke masjid semakin meningkat.

Sebelum tragedi 9/11, Justin ingin bergabung dalam militer. Jadi, dua bulan setelah menjadi Muslim, Justin diterima masuk korps Marinir. Selama menjalani dinas militer, Justin kesulitan mendalami ajaran Islam. Ini yang membuatnya tidak betah. Memang, dia masih bisa melaksanakan shalat dan berpuasa, tetapi ia merasa ada yang kurang.

Tahun 2007, Justin menyelesaikan dinas militernya. Ia kembali ke Philadelphia untuk menjadi anggota pengurus masjid. Dari masjid itu, ia dirujuk pada Dewan Hubungan Amerika -Islam (CAIR). Di sana, ia menjadi aktivis pembela hak minoritas Muslim.

"Dua tahun menjadi bagian dari komunitas Muslim Philadelphia dan CAIR merupakan hal yang luar biasa. Ini memacu saya untuk lebih dan lebih mendalami ajaran Islam," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement