Ahad 24 Apr 2011 16:13 WIB

Daulah Umayyah: Marwan bin Muhammad (745-750 M) Khalifah Terakhir

Red: cr01
Ilustrasi
Foto: NET
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Penyerahan jabatan khalifah dari Ibrahim bin Walid kepada Marwan bin Muhammad terjadi pada pengujung tahun 126 H (745 M). Khalifah Marwan bin Muhammad menjabat khalifah pada usia 56 tahun. Ia adalah khalifah terakhir Bani Umayyah.

Seperti ditulis Imam As-Suyuthi dalam Tarikh Al-Khulafa', hal pertama yang ia lakukan ketika menjabat khalifah adalah membongkar kuburan Yazid dan menyalibnya. Hal ini ia lakukan karena Yazid telah membunuh Walid.

Sebelum menjabat khalifah, Marwan bin Muhammad adalah seorang panglima perang yang terkenal gigih. Namun ketika menjabat khalifah, keadaan pemerintahan Bani Umayyah tak menentu. Oleh sebab itu, masa pemerintahannya yang hampir enam tahun, banyak diwarnai peperangan. Kendati Marwan bin Muhammad mempunyai kemampuan tangguh, tetapi karena keadaan tak mengizinkan, keruntuhan Bani Umayyah tak terelakkan.

Ancaman itu tak hanya datang dari internal pemerintahan saja, namun juga dari luar. Adalah Kaisar Constantine V yang dikenal gagah berani dalam sejarah imperium Romawi Timur. Setelah Kaisar Constantine V berhasil mengamankan negerinya, pemerintahan Bani Umayyah mulai terancam.

Pada tahun 745 Masehi, Kaisar Constantine V melancarkan serangan ke Asia Kecil. Pasukan Islam yang berada di tempat itu terpaksa mundur, dan pada tahun berikutnya pasukan musuh berhasil menguasai perbatasan Syria bagian utara.

Dalam keadaan demikian, Khalifah Marwan bin Muhammad justru sibuk memadamkan berbagai gejolak dalam pemerintahan. Dengan demikian, ancaman dari luar tak kuasa ia halau.

Di antara gejolak yang harus dipadamkan Marwan bin Muhammad adalah gejolak dari daerah Himsh. Khalifah Marwan segera berangkat ke daerah itu dengan pasukannya. Ia berhasil mengamankan daerah itu kembali. Para pemberontak dihukum dan tubuh mereka disalib di tembok-tembok kota Himsh.

Belum usai pemulihan Himsh, muncul gejolak di daerah Bogota, pinggir Damaskus di bawah pimpinan Yazid bin Khalid Ats-Tsauri. Khalifah Marwan segera mengirimkan pasukan dan berhasil mengamankan daerah itu kembali. Di Palestina pun muncul gejolak, Khalifah Marwan mengirimkan pasukan besar di bawah pimpinan Abul Wardi bin Kautsar. Gejolak itu pun bisa dipadamkan.

Sementara itu, di Irak di bawah pimpinan Dhahak bin Qais Asy-Syaibani, kaum Khawarij memberontak. Gubernur Irak, Abdurrahman bin Umar, berangkat dari Kufah untuk memadamkan gejolak itu. Namun pasukannya kalah dan dia sendiri gugur dalam pertempuran. Dhahak bin Qais berhasil menguasai seluruh lembah Irak dari Kufah sampai ke Mosul belahan utara.

Khalifah Marwan bergerak bersama pasukannya menuju Irak. Lagi-lagi dia menunjukkan kemampuannya. Pasukan Khawarij porak-poranda. Dhahak bin Qais sendiri gugur. Sisa-sisa pasukannya sendiri kocar-kacir melarikan diri.

Pada saat mengamankan lembah Irak itu, mendadak muncul lagi gejolak di Kufah. Kali ini digerakkan oleh Abdullah bin Muawiyah bin Abdullah bin Ja'far bin Abu Thalib dari keluarga Hasyim. Khalifah Marwan terpaksa kembali ke Kufah dan memadamkan kerusuhan tersebut. Pemuka pasukan itu melarikan diri ke Khurasan. Namun di sana ia ditangkap oleh Abu Muslim Al-Khurasani dan dijatuhi hukuman mati.

Keadaan pemerintahan Umayyah yang tidak menentu dimanfaatkan oleh gerakan Abbasiyah. Gerakan yang sudah dibina bertahun-tahun di bawah tanah itu segera menampakkan diri.

Di bawah pimpinan Abu Muslim Al-Khurasani, gerakan Abbasiyah meledak. Setelah berhasil menguasai wilayah Khurasan, lalu Iran, pasukan Abbasiyah bergerak ke Irak dan menghancurkan pasukan Khalifah Marwan. Khalifah terakhir Bani Umayyah itu melarikan diri ke Mosul, Hauran, Syria, dan terakhir ke Mesir. Di sana ia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh Panglima Shalih bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Kepalanya dikirim kepada keponakannya, Khalifah Abul Abbas Ash-Shaffah di Kufah.

Khalifah Marwan bin Muhammad wafat pada tahun 132 H dalam usia 62 tahun. Masa pemerintahannya hanya lima tahun 10 bulan. Ada kisah unik yang dipaparkan Imam As-Suyuthi. Ketika Marwan terbunuh, kepalanya dipotong dan dibawa ke hadapan Abdullah bin Ali. Orang-orang tak sempat memerhatikan penggalan kepala itu. Tiba-tiba datang seekor kucing dan menggigit lidah Marwan bin Muhammad lalu menelannya!

Abdullah bin Ali berkata, "Seandainya dunia ini tidak memperlihatkan kepada kita keajaibannya kecuali adanya lidah Marwan dalam mulut kucing. Itu sudah kita anggap keajaiban paling besar."

Dengan meninggalnya Marwan, berakhir pula kekuasaan Bani Umayyah.

sumber : Sejarah Para Khalifah karya Hepi Andi Bastoni
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement