Kamis 16 Nov 2017 23:03 WIB

Mengkaji Ulang Peran Ulama dan Cendikiawan

Rep: Muhyiddin/ Red: Joko Sadewo
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif (kanan)
Foto: Antara/Reno Esnir
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wajah Islam di dunia selalu hadir dengan wajah yang beragam, sehingga Majelis Ulama Indonesia (MUI) diharapkan dapat mengakomodasi berbagai corak pandangan dari berbagai mazhab yang berkembang dalam konteks keindonesiaan. Karena itu, Halaqah Nasional Ulama dengan tema Peran Ulama dalam Membangun Kehidupan Bangsa yang Harmoni kembali digelar di Millenium Sirih Hotel Jakarta mulai tanggal 16-19 November.

Halaqah ini dihadiri 80 ulama dari beragam organisasi keislaman, seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, dan dibuka oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla pada Kamis (16/11) malam. Pembukaan halaqah ini juga dihadiri Ketua Umum MUI, Prof KH Ma'ruf.

Hadir juga Mantan Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Amin Abdullah, Prof Azyumardi Azra, dan beberapa tokoh lainnya. Direktur Eksekutif Maarif Institute Muhd Abdullah Darraz mengatakan, halaqah ini merupakan kerja sama Maarif Institute, Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah, Sekolah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Lakpesdam NU dan Unit Kerja Presiden Bidang Pembinaan Ideologi Pancasila.

"Tujuan dari kegiatan ini adalah mengkaji ulang peran ulama dan cendekiawan di Indonesia, sekaligus berbagai produk intelektual-keilmuan yang dihasilkannya agar dapat berdampak signifikan bagi upaya pembangunan kehidupan harmoni dan kedamaian dalam masyarakat Indonesia yang majemuk," ujar Darraz.

Ia berharap halaqah ini dapat merumuskan ulang pandangan-pandangan dan opini keagamaan alternatif yang konstruktif bagi keutuhan bangsa. Sementara itu, Pendiri Maarif Institute sekaligus mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif menyampaikan apresiasi penyelenggaraan halaqah ini.

"Halaqah ini merupakan forum penting untuk mentradisikan kajian atas fatwa-fatwa dan pandangan keagamaan para ulama, dan cendekiawan muslim untuk melahirkan pandangan keagamaan yang menyejukkan dan bervisi kemanusiaan," ucap Buya Syafii.

Buya Syafii juga mengapresiasi kegiatan ini utamanya dihelat oleh anak-anak muda, terutama yang tumbuh dalam dua tradisi keagamaan moderat di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah. Kegiatan ini mencerminkan upaya moderasi Islam di Indonesia yang dimotori oleh para intelektual muda," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement