Oleh: Mochammad Hisyam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rezeki kita sudah diatur dan ditentukan oleh Allah SWT. Hasil atau rezeki yang kita raih dari usaha kita tidak akan melebihi dengan apa yang telah ditentukan atau ditakdirkan oleh Allah SWT kepada kita. Jika demikian adanya maka sikap yang harus kita bangun dan menyikapi rezeki yang kita raih atau kita terima dari usaha kita adalah sikap qanaah.
Dalam kitab “al-Qanaah”, Ibnu Suni mendefinisikan qanaah sebagai sikap ridla dengan pembagian. Dikatakannya, seseorang yang bersikap qanaah adalah jika dia ridla. Maka, qanaah adalah meridlai apa yang Allah bagikan di dunia ini, baik sedikit ataupun banyak, dan memasrahkan segala urusan kepada-Nya.
Sikap qanaah lahir dari kesadaran diri bahwa yang menentukan besar kecilnya rezeki dan siapa saja yang dilapangkan maupun yang disempitkan rezekinya adalah Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS al-Israa (17):30)
Selain itu, sikap qanaah lahir dari kesadaran bahwa ukuran kemuliaan dan kekayaan seseorang tidak terletak dari banyak sedikitnya rezeki yang dimilikinya, melainkan dari sikap qanaah atas rezeki yang diterimanya. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah segala yang haram, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling baik ibadahnya. Puaslah dengan setiap rezeki yang Allah berikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya.” (HR Tirmidzi, Ahmad Thabrani, Baihaqi, dan Abu Ya'la)
Ketika kita memiliki sifat qanaah maka akan menjadikan diri kita memiliki kehormatan diri. Karena dari sikap qanaah akan menjadikan kita tidak mencari-cari atau menginginkan apa yang ada di tangan orang lain. Selain itu, qanaah juga membuat kita tidak mengeluhkan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Qanaah pun akan menjadikan kita sebagai pribadi yang selalu bersyukur. Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah kamu orang yang wara karena dengan demikian kamu menjadi orang yang lebih banyak beribadah. Dan jadilah kamu orang yang bersikap qanaah maka dengan demikian kamu menjadi manusia yang lebih banyak bersyukur.” (HR Baihaqi)
Selain itu, akan terhindar dari sifat putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Kita pun akan menjadi Muslim yang beruntung. Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam mendapat rezeki secukupnya dan ia merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepada-Nya.” (HR Muslim).
Orang yang qanaah akan merasakan manisnya iman. Seperti hadis Rasulullah SAW, “Akan merasakan kemanisan (kesempurnaan) iman orang yang rida kepada Allah Ta'ala sebagai Rabb-nya dan Islam sebagai agamanya serta (Nabi) Muhammad SAW sebagai rasulnya.” (HR Muslim)
Tentunya, sikap qanaah harus direalisasikan setelah adanya berikhtiar. Sikap qanaah tidak diletakkan sebelum kita berikhtiar. Sebab, qanaah adalah sikap menerima atau rida terhadap hasil yang kita dapatkan setelah kita berikhtiar.
Untuk menjadi pribadi yang qanaah hendaknya kita belajar untuk membiasakan diri menerima hasil apa pun dari ikhtiar yang kita lakukan dengan diiringi sikap yakin bahwa apa yang kita dapatkan saat itu adalah hal yang terbaik yang Allah berikan kepada kita.
Qanaah akan melahirkan upaya meningkatkan kualitas diri agar kita mendapatkan hasil yang lebih baik di hari-hari berikutnya yang direalisasikan dengan sikap sabar dan tawakal kepada Allah SWT. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita agar kita semua diberi kemampuan untuk bersikap qanaah.