REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam kitabnya yang berjudul Ad-Da' u wa ad- Dawa' (Terapi Penyakit Hati) , mengatakan bahwa pelaku maksiat akan dihinggapi perasaan cemas akan dosa dan kezaliman. Abu Hurairah menyatakan, "Sesungguhnya burung babari (kasnar) mati di sarangnya karena kekejaman orang zalim."
Mujahid berkata, "Ketika tahun menjadi kering karena hujan tidak turun, binatang-binatang mengutuk orang yang melanggar aturan Allah, yaitu pelaku maksiat dari keturunan Adam. Binatang-binatang itu berkata, "Kami tidak mendapatkan hujan karena dosa-dosa manusia."
"Mungkin mereka belum merasa cukup banyak dosa, hingga binatang-binatang yang tak berdosa pun melaknatinya," tulis Ibnu Qayyim.
Ibnu Qayyim juga mengatakan, di antara dampak maksiat adalah merusak akal. Sungguh, akal memiliki cahaya, sedangkan maksiat pasti memadamkan cahayanya. Jika cahaya tersebut padam, niscaya kemampuan akal pun berkurang dan melemah.
Sebagian Salaf berkata: "Tidaklah seseorang bermaksiat kepada Allah melainkan akalnya hilang." Hal ini sangat jelas karena apabila akal seseorang sehat, pasti ia akan mencegah pelaku maksiat dari maksiatnya. Akalnya akan menyadarkannya bahwa dia berada dalam genggaman Rabb, di bawah kekuasaan-Nya, di dalam negeri dan bumi-Nya, diawasi oleh Allah, dan para Malaikat melihat serta bertindak sebagai saksinya.
Peringatan al-Qur-an, iman, kematian, dan Neraka akan mencegahnya dari bermaksiat. Kebaikan dunia dan akhirat yang dihilangkannya akibat maksiat berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan kesenangan dan kelezatan maksiat tersebut. Apakah pemilik akal yang waras akan meremehkan semua ini?




