REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT— Pembunuhan terhadap pemimpin militer terkemuka Hizbullah, Haytham al-Tabtabai, membuka dengan lebar pertanyaan tentang skenario masa depan di Lebanon.
Apakah serangan Israel itu merupakan pemicu konfrontasi besar-besaran atau babak baru dalam eskalasi bertahap yang dikelola Tel Aviv?
Ada banyak perkiraan, menurut para analis kepada Aljazeera Selasa (25/11/2025)—mengenai kemungkinan terjadinya perang total, dan kemungkinan balasan dari partai tersebut, di tengah meningkatnya perasaan Israel bahwa mereka berada di puncak kekuatan.
Dalam konteks ini, pakar urusan Israel Muhannad Mustafa mengatakan bahwa Israel mengesampingkan kemungkinan Hizbullah membalas pembunuhan Tabtabai, tetapi tetap mempertimbangkan kemungkinan tersebut meskipun kecil.
Menurutnya, pembunuhan Tabtabai tidak terkait dengan orangnya, melainkan alasan untuk meningkatkan operasi militernya.
Hal ini dalam konteks keinginan Tel Aviv untuk beralih ke tahap yang lebih intens, tetapi bukan berarti mereka akan menunggu alasan itu selamanya.
Hizbullah telah memakamkan pemimpinnya, Al-Tabtabai, yang pembunuhannya merupakan perkembangan penting dalam serangan Israel.
Militer zionis biasanya tidak menargetkan pinggiran selatan Beirut sejak Juni lalu dan tidak ada pemimpin tingkat ini yang menjadi sasaran sejak gencatan senjata setahun yang lalu.




