Jumat 14 Nov 2025 07:46 WIB

Berapa Jumlah Dosa Besar Menurut Islam?

Kitab Al-Kabaair karya Imam adz-Dzahabi membahas perihal dosa-dosa besar.

Merasakan manisnya iman dengan cara mengingat dosa-dosa (ilustrasi)
Foto: dok republika Thoudy Badai
Merasakan manisnya iman dengan cara mengingat dosa-dosa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam adz-Dzahabi menulis kitab Al-Kabaair. Isinya berkenaan dengan puluhan dosa-dosa yang tergolong berat.

Sang penulis mendefinisikan dosa besar sebagai “segala hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Alquran dan Sunah serta atsar dari salafusaleh.” Menurut dia, kaum Muslimin wajib mengetahui apa saja yang termasuk dosa-dosa besar. Dengan begitu, setiap mereka dapat menghindarinya.

Baca Juga

Dalam suatu hadis riwayat muttafaq ‘alaih, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan.”

Dosa-dosa yang dimaksud beliau adalah syirik, sihir, membunuh jiwa yang haram untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan harta riba, kabur dari medan perang, dan menuduh Muslimah baik-baik berzina.

Adz-Dzahabi, bagaimanapun, meyakini jumlah dosa besar tidak “hanya” tujuh, melainkan 70 perkara. Hal itu berdasarkan perkataan Ibnu Abbas, “Jumlahnya (dosa besar) mencapai 70 (perkara).”

Dalam karyanya itu, adz-Dzahabi mengurutkan dosa-dosa besar, yakni mulai dari yang paling fatal akibatnya hingga yang fatal.

Berikut adalah tiga dosa yang disebutkan paling akhir dari daftar dosa-dosa besar yang dihimpun dalam Al-Kabaair (terjemahan bahasa Indonesia oleh Penerbit Ummul Qura, 2014).

Rencana jahat

Imam adz-Dzahabi mengutip firman Allah Ta’ala dalam surah Fathir ayat 43. Artinya, “Rencana yang jahat tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.” Ajaran Islam mengecam perbuatan tipu muslihat. Ingatlah sabda Nabi SAW, “Rencana jahat dan tipu muslihat adanya di neraka” (hadis dinyatakan sahih oleh al-Albani).

Beliau juga berpesan, “Penghuni neraka ada lima—di antaranya—seseorang yang setiap pagi dan sore selalu menipumu terkait keluarga dan harta bendamu.”

Biasanya, pelaku rencana jahat terdorong oleh kedengkian terhadap targetnya. Adapun penipuan bertujuan mencari keuntungan dari kerugian orang lain. Di dunia, mereka boleh merasa menang. Akan tetapi, nasib mereka di akhirat telah ditentukan oleh Allah SWT.

Ulama al-Wahidi mengatakan, “Mereka (pelaku rencana jahat) diperlakukan seperti orang yang ditipu karena penipuan yang mereka lakukan (selama di dunia). Yaitu, mereka diberi cahaya seperti halnya cahaya yang diberikan kepada orang-orang mukmin, kemudian saat mereka berjalan di atas shirat, cahaya mereka padam dan mereka berada dalam kegelapan.”

Memata-matai Muslimin

Imam adz-Dzahabi mengutip hadis Hathib bin Abu Balta’ah. Ketika itu, Umar ingin membunuhnya sebagai tanggapan atas perbuatan yang ia lakukan. Akan tetapi, Nabi SAW melarang Umar karena Hathib dinilai termasuk dalam mereka yang ikut Perang Badar.

Dari peristiwa tersebut, dapatlah diambil pelajaran, aksi memata-matai dapat membahayakan kaum Muslimin. Apalagi, dalam situasi pertempuran, informasi kubu Muslimin jangan sampai bocor ke pihak lawan. Bila hal itu sampai terjadi, maka pelaku mata-mata telah berbuat keonaran. Perbuatannya begitu merugikan keselamatan umat Islam.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement