Selasa 04 Nov 2025 09:28 WIB

Takmir Masjid Keraton Ungkap Warisan Pakubuwono XIII Bagi Umat Islam yang tak Dilakukan Raja Lain

Pakubuwono mengeluarkan pitutuhg

Abdi dalem Keraton membawa beras dan uang tunai untuk dibawa ke Masjid Agung pada tradisi Hajad Dalem Maringaken Zakat Fitrah di Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah, Rabu (26/3/2025). Tradisi keraton membagikan zakat berupa beras 2,5 kilogram dan uang tunai tersebut sebagai bentuk kewajiban rukun Islam Raja Keraton Kasunanan Surakarta Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XIII menyambut Hari Raya Idul Fitri I Syawal 1446 H.
Foto: ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Abdi dalem Keraton membawa beras dan uang tunai untuk dibawa ke Masjid Agung pada tradisi Hajad Dalem Maringaken Zakat Fitrah di Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah, Rabu (26/3/2025). Tradisi keraton membagikan zakat berupa beras 2,5 kilogram dan uang tunai tersebut sebagai bentuk kewajiban rukun Islam Raja Keraton Kasunanan Surakarta Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwono XIII menyambut Hari Raya Idul Fitri I Syawal 1446 H.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Mangkatnya Sri Susuhunan Pakubuwono XIII meninggalkan duka mendalam di kalangan warga Surakarta dan sekitarnya. Tak terkecuali bagi Ketua Takmir Masjid Agung Surakarta Hadiningrat KH Muhammad Muhtarom.

Menurut Kiai Muhtarom, hubungan raja dengan pihak masjid terbilang harmonis. Dia mengungkapkan, raja mendukung kegiatan-kegiatan keagamaan dan adat yang ada di masjid agung. Almarhum pun dinilai merupakan sosok yang mengutamakan semangat tawazun (keberimbangan) terhadap nilai-nilai Islam dan adat Jawa.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

“Kita mendapat rekomendasi dari beliau, masjid agung harus mengawal kehidupan keagamaan dan adat di Jawa ini karena harus seimbang,”ujar Kiai Muhtarom saat berbincang dengan Republika, Selasa (4/11/2025). 

Menurut Kiai Muhtarom, setiap raja yang memimpin Keraton Surakarta memiliki karakter berbeda. Salah satu karakter khusus yang istimewa dari Sri Susuhunan yang memiliki nama asli KGPH Hangabehi tersebut, ujar dia, yakni bagaimana almarhum membuat sebuah sistem untuk mengimplementasikan harmonisasi antara nilai-nilai keislaman dan Jawa di Masjid Agung Keraton Surakarta dan eks masjid keraton yang berada di seantero Jawa.

photo
Abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Solo membawa gamelan sekaten Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari saat kirab menuju Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, Sabtu (1/10/2022). Gamelan yang merupakan pusaka keraton tersebut selanjutnya ditabuh untuk menandai dimulainya rangkaian perayaan Sekaten di Solo. - (ANTARA/Maulana Surya)

Pikukuh dari beliau untuk mengawal masjid agung dan masjid-masjid bekas keraton dengan konsep panatogomonya keraton,”kata dia. 

Sabda raja tersebut yang dahulu hanya bersifat lisan dan sebatas tradisi, ujar Kiai Muhtarom,  kemudian dibuat tertulis dengan sebuah sistem yang mengikat. “Wujud sebuah sistem atau aturan yang dibakukan sehingga ke depan bisa dilestarikan sistem itu,”ujar dia. 

Adanya pikukuh atau kekancingan tersebut membuat masjid agung dan masjid-masjid eks keraton harus tetap mengawal keberlangsungan panotogomo keraton di dalam masjid. Hingga saat ini, ujar dia, setidaknya ada dua ratus masjid eks keraton yang disebar di Solo Raya. Masjid-masjid tersebut dahulu merupakan tanah perdikan yang diberikan keraton kepada para ulama. 

Dengan adanya pikukuh raja, ujar Kiai Muhtarom, masjid-masjid bisa menjalankan tradisi Jawa yang sudah diislamkan seperti maulid nabi dan berbagai tarekat lainnya. 

"Kan banyak sekali proses islamisasi budaya sangat kaya para ulama-ulama dulu membuat thariqah atau manhaj tata cara untuk bagaimana Islam membudaya,"kata dia. 

photo
Siswa SD Negeri Joglo Solo mencium poster Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sri Susuhunan Paku Buwana (PB) XIII saat acara doa bersama di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Senin (3/11/2025). Aksi duka cita itu digelar untuk mengenang Paku Buwana XIII yang meninggal dunia pada usia 77 tahun dan akan dimakamkan di Astana Raja-raja Mataram Imogiri, Yogyakarta pada Rabu (5/11/2025) mendatang. - (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement