REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Beruntunglah orang-orang yang sudah meninggal tetapi ‘warisannya’ tetap memberikan kebaikan. Warisan tersebut bukanlah harta duniawi. Lantas apakah jejak kebaikan yang dimaksud tersebut?
Pada konteks ini, manusia terbagi menjadi empat jenis. Pertama, orang yang meninggal dan kebaikan serta keburukannya terputus, sehingga dia hanya mendapatkan apa yang telah dia lakukan selama hidupnya di dunia.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Kedua, orang yang meninggal dan kebaikan serta keburukannya tetap berlaku padanya saat ia berada di kuburnya.
Ketiga, orang yang meninggal dan perbuatan buruknya terputus, sedangkan perbuatan baiknya tetap berlaku padanya saat dia berada di kuburnya.
Keempat, orang yang meninggal dan perbuatan baiknya terputus, sedangkan perbuatan buruknya tetap berlaku padanya saat dia tertidur di alam kubur.
Semua itu tergantung pada jejak baik atau buruk yang ditinggalkannya. Allah SWT berfirman sebagai berikut:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS Yasin: 12).
 
 
                     
                    




 
      
      