REPUBLIKA.CO.ID, KHORTOUM— Komandan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), Mohamed Hamdan Dagalo, telah meminta maaf kepada warga El Fasher setelah adanya laporan tentang pembantaian dan pembunuhan massal terhadap warga sipil yang dilakukan oleh pasukannya selama pengambilalihan kota tersebut.
Dalam pesan video yang dirilis pada Rabu di saluran Telegram resminya—tiga hari setelah RSF mengambil alih El Fasher, benteng terakhir tentara Sudan di wilayah Darfur—Dagalo mengatakan dirinya meminta maaf kepada warga El Fasher atas bencana yang menimpa mereka.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Dia menambahkan, “Kami terpaksa terlibat dalam perang ini; perang ini dipaksakan kepada kami. Namun, pembebasan El Fasher demi persatuan Sudan—baik secara damai maupun melalui perang,” kata dia dikutip Middleeastmonitor, Jumat (31/10/2025).
Dagalo, yang juga dikenal sebagai Hemedti, menggambarkan pasukannya sebagai orang-orang damai, menyerukan kepada para pejuang untuk tidak menyakiti warga sipil.
“Membunuh tentara yang ditangkap dilarang,” katanya. “Adapun warga sipil, kalian tidak ada urusan dengan mereka.”
Komandan RSF mengumumkan pembentukan komite pertanggungjawaban di El Fasher untuk menyelidiki dugaan pelanggaran.
“Kami berpihak pada hukum dan akan menuntut pertanggungjawaban mereka yang bersalah,” kata dia meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Laporan dari saksi mata, aktivis lokal, dan organisasi internasional, yang dikonfirmasi oleh citra satelit, menunjukkan bahwa pasukan RSF melakukan pembantaian dan pembunuhan massal terhadap warga sipil berdasar etnis setelah penangkapan kota tersebut.
Lihat postingan ini di Instagram
 
                     
                    




 
      
      