Kamis 30 Oct 2025 15:05 WIB

PBB Kutuk Keras Serangan Udara Israel yang Bunuh Anak-Anak di Tengah Gencatan Senjata

Qatar mengaku frustrasi atas pelanggaran gencatan senjata di Gaza.

Juru Bicara PBB Stephane Dujarric
Foto: UN Mission
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam pembunuhan warga sipil di Gaza yang dilakukan melalui serangan udara Israel baru-baru ini.  Juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Rabu (29/10/2025), mengungkapkan, banyak anak-anak menjadi korban serangan Israel tersebut.

"Sekretaris Jenderal mengutuk keras pembunuhan warga sipil di Gaza kemarin akibat serangan udara Israel, termasuk banyak anak-anak," ujar Dujarric.

Baca Juga

Sebelumnya pada Selasa (28/10), pasukan Israel telah melancarkan serangan udara di Gaza, termasuk di Kota Gaza, Khan Younis, dan Deir al-Balah.

Serangan tersebut menyusul perintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk melakukan "serangan dahsyat" sebagai tanggapan atas klaim pelanggaran gencatan senjata Hamas seperti serangan terhadap pasukan pertahanan Israel di Rafah dan penanganan yang dianggap buruk terhadap jenazah sandera.

Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah diberlakukan di Gaza sejak 10 Oktober berdasarkan rencana perdamaian yang diusulkan Presiden AS Donald Trump.

photo
Suar tentara Israel melayang di atas wilayah di Jalur Gaza utara, terlihat dari Israel selatan, Selasa, 28 Oktober 2025. - (AP Photo/Leo Correa)

Kesepakatan itu mencakup pertukaran sandera dan tahanan serta rekonstruksi di wilayah itu.

Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, pada Rabu (29/10/2025) juga menyampaikan kekecewaan dan rasa frustrasi atas pelanggaran gencatan senjata di Gaza.

Al-Thani mengungkapkan, Qatar segera melakukan koordinasi penuh dengan Amerika Serikat untuk menangani situasi tersebut. Dia mengatakan, selama proses gencatan senjata berlangsung, Qatar telah menyaksikan banyak pelanggaran, meski sebagian besar tidak dilaporkan karena dianggap tidak signifikan.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement