Rabu 08 Oct 2025 23:54 WIB

Badai Al-Aqsa Bongkar Wajah Asli dan Narasi Sesat Zionis Israel di Mata Dunia Internasional

Badai Al-Aqsa meruntuhkan sendi-sendi keamanan Israel.

Rep: Fuji E Permana / Red: Nashih Nashrullah
Pejuang Hamas menyerbu penyeberangan Erez dalam operasi Badai Al Aqsa
Foto: AP
Pejuang Hamas menyerbu penyeberangan Erez dalam operasi Badai Al Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Operasi Badai Al-Aqsa (Thufan Al-Aqsa) menjungkir balikkan narasi Zionis Israel bahwa entitas itu adalah korban holocaust yang berhak memiliki rumah nasional Yahudi di tanah Palestina. Maka siapapun yang berseberangan dengan mereka berarti antisemit.

"Narasi itu mereka bangun selama lebih dari 8 dekade. Operasi Thufan Al-Aqsa justru membongkar wajah asli Zionis Israel, yaitu genosida atau holocaust itu sendiri, penjajahan, dan apartheid," kata Anshorullah kepada Republika.co.id, Rabu (8/10/2025)

Baca Juga

Dia menjelaskan, hal itu diafirmasi oleh masyarakat global bahwa perjuangan rakyat Palestina sejak 1947 termasuk peristiwa 7 Oktober 2023 adalah hak mereka dalam mempertahankan Tanah Air dan tempat suci mereka dari penjajahan Zionis Israel.

Anshorullah menerangkan, operasi Pedang Besi Zionis yang bertujuan membebaskan sandera dan mengeliminasi Hamas, telah gagal. Sampai hari ini setelah 2 tahun, sandera tidak berhasil dibebaskan. Hamas dan banyak sayap militer faksi lainnya masih terus kuat melawan.

"Sebaliknya saat ini Zionis Israel telah menjadi negara yang terkucilkan (pariah state), negara-negara Barat yang selama puluhan tahun menjadi sekutu Zionis, satu demi satu berbalik menjadi pendukung Palestina," ujar Anshorullah.

Anshorullah mengatakan, operasi Thufan Al-Aqsa adalah respon bangsa Palestina terhadap nakba (malapetaka) yang masih terus terjadi di Palestina (ongoing nakba). Berbagai operasi yang dilakukan oleh bangsa Palestina adalah perlawanan sah terhadap penjajahan yang dilakukan Zionis Israel.

Bukan hanya operasi Thufan Al-Aqsa, 7 Oktober 2023, tetapi seluruh perjuangan rakyat Palestina setidaknya sejak 1947 adalah bagian dari perlawanan terhadap penjajah yang ingin merampas Tanah Air dan tempat suci mereka.

"Operasi Thufan Al-Aqsa juga merupakan respon terhadap PBB dan pemimpin dunia yang gagal menghentikan kezaliman Zionis Israel," ujar Anshorullah.

AWG menegaskan, operasi Thufan Al-Aqsa merepresentasikan perlawanan nasional, bukan hanya faksi tertentu. Bahkan, meskipun (mungkin) tidak direncanakan, terwujud kerjasama yang sangat produktif bagi Palestina.

Perlawanan di medan pertempuran yang dilakukan oleh sayap militer semua faksi dan diplomasi yang dilakukan oleh Otoritas Palestina di berbagai forum internasional seperti PBB, ICJ, dan ICC telah berhasil meningkatkan solidaritas global pada Palestina dan Masjid Al Aqsa.

"Karena itu, kerjasama itu haruslah ditingkatkan menjadi persatuan nasional yang permanen. Karena persatuan adalah kunci kemerdekaan Palestina dan pembebasan Masjid Al-Aqsa," jelas Anshorullah.

photo
Angka-Angka Menjelang Badai Al-Aqsa - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement