Jumat 19 Sep 2025 22:46 WIB

Bernie Sanders, Senator AS Pertama Sebut Israel Lakukan Genosida di Gaza

Israel telah melancarkan perang habis-habisan terhadap seluruh rakyat Palestina.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Senator Amerika Serikat (AS) Bernie Sanders
Foto: The New Arab
Senator Amerika Serikat (AS) Bernie Sanders

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senator Amerika Serikat (AS) Bernie Sanders pada Rabu (19/9/2025), secara terbuka menyebut perang mengerikan Israel di Gaza sebagai genosida. Hal itu dikatakan untuk pertama kalinya.

Ini adalah pertama kalinya seorang senator AS menuduh Israel melancarkan kampanye genosida di Gaza, menyusul kesimpulan Komisi Penyelidikan PBB pekan ini bahwa Israel telah melakukan genosida di wilayah tersebut.

Baca Juga

Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM), LSM, dan akademisi sebelumnya telah menyatakan hal yang sama.

Senator veteran tersebut merilis pernyataan di situs web resmi Senat yang menyatakan posisinya, dengan menulis seperti ini:

"Tujuannya jelas. Kesimpulannya tak terelakkan: Israel melakukan genosida di Gaza," kata Bernie Sanders, dikutip dari laman The New Arab, Jumat (19/9/2025)

Ia menambahkan, selama dua tahun terakhir, Israel tidak hanya membela diri melawan Hamas. Sebaliknya, Israel telah melancarkan perang habis-habisan terhadap seluruh rakyat Palestina.

Sanders menunjuk pada meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza dan pernyataan para pemimpin Israel sebagai bukti niat genosida.

"Dari populasi 2,2 juta warga Palestina di Gaza, Israel kini telah membunuh sekitar 65.000 orang dan melukai sekitar 164.000 orang," tulisnya.

"Jumlah korban kemungkinan jauh lebih tinggi, dengan ribuan jenazah terkubur di bawah reruntuhan. Sebuah basis data militer rahasia Israel yang bocor menunjukkan bahwa 83 persen dari mereka yang wafat adalah warga sipil. Lebih dari 18.000 anak-anak telah wafat, termasuk 12.000 berusia 12 tahun ke bawah," tulis Sanders. 

Ia juga mengutip pernyataan-pernyataan provokatif dari para pejabat Israel, termasuk pernyataan Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang menyebut warga Palestina sebagai manusia hina dan sumpah Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich untuk menghancurkan sepenuhnya Gaza, yang menurutnya mengungkap niat genosida.

"Istilah genosida itu sendiri merupakan pengingat akan apa yang bisa terjadi jika kita gagal," tulis Sanders.

Sanders telah lama menghadapi kritik karena menolak menggunakan istilah "genosida" dan tahun lalu mengatakan bahwa istilah tersebut membuatnya "mual" ketika para pengunjuk rasa menggunakannya dalam pidatonya sebelumnya di Irlandia.

Posisi barunya menandai perubahan drastis dan ia baru-baru ini juga meningkatkan kritiknya terhadap kebijakan AS.

Ia menuduh pemerintahan Trump saat ini terlibat dalam perang Israel melalui dukungan militer dan diplomatik, serta merujuk pada tindakan keras terhadap aktivisme pro-Palestina di AS, termasuk pembatasan visa pelajar.

"Kita, sebagai warga Amerika, harus mengakhiri keterlibatan kita dalam pembantaian rakyat Palestina," kata Sanders.

"Itulah sebabnya saya telah bekerja sama dengan sejumlah rekan saya di Senat untuk memaksakan pemungutan suara atas tujuh Resolusi Bersama Penolakan guna menghentikan penjualan senjata ofensif ke Israel. Amerika Serikat tidak boleh terus mengirimkan miliaran dolar dan senjata kepada pemerintahan genosida Netanyahu."

Meskipun upayanya di Senat untuk memblokir penjualan senjata sejauh ini gagal, upaya tersebut telah mendapatkan dukungan signifikan dari Partai Demokrat.

Sanders kini bergabung dengan kelompok kecil namun terus bertambah yang telah menggunakan istilah genosida untuk menggambarkan tindakan Israel di Gaza.

Mereka termasuk Alexandria Ocasio-Cortez, Rashida Tlaib, Marjorie Taylor Greene dari Partai Republik, dan sesama warga Vermont, Becca Balint.

Balint, anggota Kongres Yahudi pertama yang menggunakan istilah tersebut terkait Gaza, menulis dalam sebuah opini di The Courier, "Hari ini, saya yakin pemerintah Israel sedang melakukan genosida terhadap rakyat Palestina. Sebagai cucu dari seorang pria yang dibunuh dalam Holocaust, tidak mudah bagi saya untuk mengatakan hal itu."

Sementara itu, Senator Chris Van Hollen dan Jeff Merkley baru-baru ini mengeluarkan laporan setelah misi pencari fakta ke Timur Tengah, yang menyimpulkan bahwa Israel terlibat dalam pembersihan etnis dan memperingatkan bahwa AS terlibat.

Pemerintahan Trump terus menyatakan dukungan tegasnya terhadap Israel. Dalam kunjungannya pekan ini, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menjanjikan dukungan penuh dan menegaskan kembali pengakuan Washington atas Yerusalem, termasuk wilayah timur kota Palestina yang diduduki, sebagai ibu kota abadi Israel.

Namun, opini publik di AS tampaknya sedang bergeser.

Sebuah jajak pendapat Associated Press yang dirilis Kamis menemukan bahwa lebih banyak warga Amerika kini percaya bahwa kampanye militer Israel di Gaza telah terlalu jauh dibandingkan dengan awal perang.

Pergeseran ini terjadi seiring Israel memperluas serangan daratnya di Kota Gaza, yang menghancurkan sebagian besar wilayah tersebut, menggusur sekitar 90 persen penduduk, dan memicu krisis kemanusiaan yang dahsyat.

Para pakar PBB telah menyatakan terjadinya bencana kelaparan di Kota Gaza, sementara kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk juga memperingatkan pekan ini bahwa bukti genosida di wilayah tersebut semakin meningkat. 

Sumber:

The New Arab

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement