Kamis 11 Sep 2025 11:48 WIB

BPS Nilai Indeks Haji Sangat Memuaskan, Ini Keluhan Jamaah 2025 Soal Kesemrawutan di Tanah Suci

Menag mengakui meski ada tantangan di penyelenggaraan haji, Kemenag bisa melewatinya.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Jamaah haji kloter pertama menggunakan kursi roda saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (28/6/2025). Sebanyak 393 jamaah haji kloter pertama asal kota Banda Aceh tiba di tanah air setelah menunaikan ibadah ditanah suci.
Foto: ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Jamaah haji kloter pertama menggunakan kursi roda saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (28/6/2025). Sebanyak 393 jamaah haji kloter pertama asal kota Banda Aceh tiba di tanah air setelah menunaikan ibadah ditanah suci.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis hasil survei Indeks Kepuasan Jamaah Haji Indonesia (IKJHI) Tahun 2025 dengan angka 88,46. Skor tersebut meningkat dibandingkan tahun 2024 yang diganjar dengan angka 88,20. Capaian ini masuk kategori sangat memuaskan. 

Di balik angka tersebut, banyak anggota jamaah justru mengaku merasakan pengalaman pahit selama menunaikan ibadah haji tahun ini. Salah satunya datang dari Kiai Nawawi, jamaah asal Rembang, Jawa Tengah. Ia menilai haji tahun ini justru paling semrawut dibandingkan sebelumnya.

Baca Juga

“Kecewa. Intinya haji 2025 menurut kebanyakan orang paling kacau balau. Indeks ini nggak masuk akal buat saya secara pribadi. Karena ketika di Armuzna itu sangat kacau. Sangat kacau,” ujar Kiai Nawawi kepada Republika, Kamis (11/9/2025).

Menurut dia, kekacauan terutama terjadi saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Salah satu yang paling dikeluhkan adalah layanan tenda jamaah. Biasanya, kata dia, satu tenda diisi jamaah dari satu kabupaten dengan pembagian dua tenda per kloter, yakni satu untuk jamaah laki-laki dan satu untuk perempuan. Namun tahun ini berbeda.

 “Contoh kecil saja. SOC 55 dari Kabupaten Rembang itu tendanya lima. Tapi di dalamnya bercampur dengan jamaah Pasuruan, Ponorogo, bahkan Sumatra. Sebab pembagiannya berdasarkan syarikah (penyedia layanan). Nah, ini yang membuat kacau,” ujar dia.

Selain itu, menurut Kiai Nawawi, sistem transportasi jamaah juga bermasalah karena mengikuti pembagian syarikah.“Intinya, terlalu banyak syarikah. Ini terlalu merepotkan jamaah. Saya usul ke depan, boleh 20 syarikah pun tidak masalah. Dengan satu catatan: satu kloter, satu syarikah. Insya Allah lebih nikmat,” ujar dia.

photo
Petugas membongkar muat koper jamaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) pertama saat tiba di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Aceh, Sabtu (28/6/2025). Sebanyak 393 jamaah haji kloter pertama asal kota Banda Aceh tiba di tanah air setelah menunaikan ibadah ditanah suci. - (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Pada saat melaksanakan ibadah haji, Kiai Nawawi juga mengaku sempat terpisah dengan istrinya saat penempatan hotel di Makkah akibat penerapan sistem multisyarikah.

"Banyak masalah gara-gara ada banyak syarikah itu. Contohnya, jamaah di kloter kita banyak yang pisah-pisah. Bahkan saya dan istri saya akhirnya juga pisah hotel. Petugas-petugasnya juga belum siap saat kami sampai ke hotel. Ditanyai banyak yang tidak tahu,” kata dia.

Meski demikian, Kiai Nawawi tetap berharap pelaksanaan haji 2026 bisa lebih baik. Ia bahkan sempat menyampaikan doa dan harapan langsung kepada Menteri Haji dan Umrah, KH Irfan Yusuf Hasyim.“Saya bilang ke beliau: semoga tahun 2026 pelaksanaan ibadah haji lebih baik dan lebih baik,”ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement