Rabu 20 Aug 2025 19:11 WIB

Warga Lansia di Gaza Tertimpa Paket Bantuan Udara, Tubuhnya Hancur Hingga Syahid

Jenazah dikeluarkan dari bawah paket dengan luka yang parah.

Bantuan kemanusiaan dikirimkan melalui udara kepada warga Palestina di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Militer Israel memulai jeda aktivitas militer taktis lokal di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza selama 10 jam sehari. Selama jeda aktivitas militer, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Bantuan kemanusiaan dikirimkan melalui udara kepada warga Palestina di Kota Gaza, Ahad (27/7/2025). Militer Israel memulai jeda aktivitas militer taktis lokal di tiga wilayah berpenduduk padat di Gaza selama 10 jam sehari. Selama jeda aktivitas militer, bantuan kemanusiaan diizinkan masuk di Kota Gaza, Deir al-Balah dan Muwasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paket bantuan dengan model airdrop telah menewaskan seorang pria lanjut usia Palestina di zona kemanusiaan, Gaza selatan. Saber al-Zamili, 75 tahun, berada di dalam tenda ketika paket itu jatuh tepat menimpanya pada Ahad (17/8/2025), menurut keluarganya.

Ia sedang bersiap menuju masjid untuk sholat, ujar putranya, Wael al-Zamili, kepada Middle East Eye. Putrinya, Sarah al-Zamili, mengatakan, jenazahnya dikeluarkan dari bawah paket dengan luka yang parah."Seluruh tubuhnya hancur," ujarnya sambil menangis.

Baca Juga

Dia  menambahkan, mereka segera membawa jenazah tersebut ke Rumah Sakit Kuwait di Rafah. Ia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, tempat dimana dia dinyatakan meninggal dunia.

"Ini bukan metode penyaluran bantuan yang aman - baik melalui udara, maupun melalui pengiriman bantuan Amerika, maupun melalui truk," ujar dia kepada MEE, merujuk pada Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang menggunakan mekanisme distribusi militer.

"Ini adalah kekejaman terhadap rakyat Palestina. Apa yang mereka lakukan terhadap kami tidak adil... Ini bukan cara untuk memberi makan rakyat Palestina; ini adalah metode penghinaan dan penindasan."

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement