Kamis 17 Jul 2025 17:42 WIB

Kaya Raya dan Berilmu, Inilah Kisah Ibnu Hajar al-Asqalani

Suatu ketika, ulama besar ini berjumpa dengan seorang yang menudingnya berdusta.

ILUSTRASI Ibnu Hajar al-Asqalani
Foto: MgIt03
ILUSTRASI Ibnu Hajar al-Asqalani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibnu Hajar al-Asqalani adalah seorang ulama besar dari abad kedelapan Hijriyah. Tidak hanya piawai berdakwah, penulis Fath al-Bari, Bulugh al-Maram, dan Tahdzib at-Tahdzib ini juga pandai berdagang.

Ia pertama-tama belajar berdagang dari sahabat ayahnya. Sejak kecil, Ibnu Hajar telah menjadi yatim-piatu. Sebelum wafat, orang tuanya berwasiat bahwa putra mereka itu dititipkan dalam pengasuhan sahabat tersebut.

Baca Juga

Maka sejak masih belia, Ibnu Hajar al-Asqalani menyerap pengetahuan tentang niaga, seperti cara-cara meraih untung dalam usaha. Dengan kepiawaiannya dalam berbisnis, ia pun sukses di Mesir.

Walaupun kaya raya, Ibnu Hajar al-Asqalani jauh dari sikap sombong. Kekayaannya banyak digunakan demi kepentingan umat dan ilmu-ilmu agama.

Pernah suatu ketika, Ibnu Hajar mengunjungi sebuah daerah dengan menunggangi kuda yang gagah. Pelana yang dipakainya pun berupa kain beludru yang sangat lembut. Alhasil, tunggangannya itu termasuk yang paling mewah pada masanya.

Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan seorang fakir miskin yang beragama non-Islam. Identitas agama itu tampak dari kalung yang dikenakan lelaki kumal tersebut.

Tiba-tiba, pria non-Muslim itu menegurnya dengan suara keras, “Wahai kau orang Islam!”

Karena merasa dipanggil, Ibnu Hajar lantas menghentikan derap kudanya. Sang alim lantas mendekati pria tersebut.

“Ada apa wahai fulan?” tanyanya.

“Jawab pertanyaanku kalau memang kau Muslim! Siapa yang pantas disebut pembohong: kau sendiri atau Nabimu itu (Rasulullah Muhammad SAW)?” ujar orang non-Muslim itu.

Nada pertanyaannya jelas menyakiti hati. Namun, Ibnu Hajar tidak meluapkan amarah. Dengan tenang, ia meminta kejelasan maksud lawan bicaranya itu.

“Apa maksudmu?”

“Bukankah nabimu pernah menyatakan bahwa dunia adalah penjara bagi orang-orang yang beriman kepadanya, dan sekaligus surga bagi orang yang ingkar terhadapnya?” tanya si non-Muslim retoris.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement