Rabu 09 Jul 2025 15:46 WIB

Thailand Naik Daun di Wisata Halal, Tapi Fasilitas Dasar Masih Kurang  

Thailand saat ini tengah menjalankan rencana empat tahun menjadi pusat halal ASEAN.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Hafil
Wisatawan Muslim sudah tidak kesulitan mencari produk halal di Bangkok, Thailand. Produk dan sajian halal kian mudah ditemukan seiring meningkatnya kesadaran pelaku usaha lokal.
Foto: Dian Fath Risalah/Republika
Wisatawan Muslim sudah tidak kesulitan mencari produk halal di Bangkok, Thailand. Produk dan sajian halal kian mudah ditemukan seiring meningkatnya kesadaran pelaku usaha lokal.

REPUBLIKA.CO.ID,BANGKOK — Thailand mencatat kemajuan sebagai destinasi wisata halal non-OIC, namun layanan dasar seperti restoran halal di bandara masih minim. Kondisi ini dinilai merugikan citra negara di mata wisatawan Muslim.

“Pernah ada kenalan yang sampai harus bertanya ke staf Muslim di bandara, lalu akhirnya diajak makan di kantin karyawan. Ini jelas buruk untuk citra Thailand di mata wisatawan Muslim,” ujar Ninareeman Binnima, dokter hewan yang kini aktif mempromosikan sertifikasi wisata halal dikutip dari Bangkok Post, Rabu (9/7/2025).

Baca Juga

Melihat celah pasar wisata Muslim yang belum tergarap maksimal, Ninareeman menginisiasi program sertifikasi Muslim-friendly hotel melalui Thai Muslim Trade Association (TMTA). Skema ini dinilai lebih fleksibel dibanding hotel halal yang penuh batasan.

“Hotel Muslim-friendly itu berbeda dengan hotel halal. Di sini pemilik usaha bisa menyesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Hotel masih boleh menyediakan menu babi dan alkohol, asalkan pelayanannya dipisah dan jelas. Dengan cara ini, hotel yang dikelola non-Muslim pun tetap bisa ikut,” jelasnya.

Program uji coba dimulai di Hotel Rembrandt Bangkok, yang pada Juni lalu menjadi hotel pertama di Thailand yang mendapatkan sertifikasi Muslim-Friendly level 2 dari TMTA. Sertifikasi ini dinamakan Global Muslim Friendly Hospitality Index, dan memiliki tiga jenjang.

“Level 2 ini fokus pada pengalaman yang ramah Muslim. Tamu akan kami bantu dengan rekomendasi tempat wisata, kuliner, dan kegiatan budaya yang cocok untuk keluarga dan menghargai nilai-nilai keagamaan,” ujar Zaki Baz, CEO Rembrandt Hotels Corporation.

Hotel ini telah menyiapkan dapur halal terpisah, melatih staf, dan memperluas layanan. “Kami sudah memasukkan layanan ramah Muslim ke dalam operasional kami. Ada staf yang bisa berbahasa Arab, dapur kami diawasi oleh koki Muslim, dan kami juga membantu tamu mencari tempat wisata dan belanja yang sesuai,” ujar Zaki.

Divisi makanan dan minuman hotel kini menargetkan sertifikasi halal level 3. “Kami membangun dapur halal terpisah untuk menghindari kontaminasi, terutama dari produk berbasis babi,” jelasnya.

Meskipun Thailand sudah menetapkan target menjadi pusat halal ASEAN pada 2027, tantangan dari negara tetangga tetap besar. “Taiwan dan Hong Kong sekarang jadi favorit wisatawan Muslim. Mereka benar-benar menyediakan layanan lengkap,” kata Fuad Gunsun, Wakil Ketua TMTA.

Fuad menilai banyak hotel di Thailand belum menyediakan sarapan halal yang layak, padahal ini penting. “Hotel biasanya dijual dengan paket sarapan. Tapi buat wisatawan Muslim, sering kali pilihan halal justru tidak tersedia,” ujarnya.

Laporan CrescentRating 2025, lembaga pemeringkat destinasi halal global, menempatkan Thailand sebagai negara non-OIC yang sedang naik. Namun Singapura, Hong Kong, Inggris, dan Taiwan tetap unggul. Taiwan dinilai unggul karena menyediakan ruang salat di stasiun dan tempat wisata. Hong Kong punya lebih dari 60 restoran berlabel Muslim-friendly, dan lebih dari 180 restoran bersertifikat halal dari lembaga komunitas Muslim setempat.

Menurut Fazal Bahardeen, CEO CrescentRating, wisatawan Muslim internasional pada 2024 mencapai 176 juta orang, atau naik 10 persen dari sebelum pandemi. “Angkanya diperkirakan naik jadi 245 juta orang pada 2030, dengan belanja diprediksi tembus 4.235 miliar dolar AS,” tulis laporan tersebut.

Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2024/2025 menyebut Thailand sebagai negara non-OIC dengan potensi besar di sektor wisata halal. Namun, tantangan utamanya adalah menjembatani antara kebijakan dengan pelayanan di lapangan.

Thailand saat ini tengah menjalankan rencana empat tahun menjadi pusat halal ASEAN hingga 2027, dengan target menambah 1,2 persen terhadap PDB sektor industri atau setara 55 miliar baht per tahun, serta membuka 100.000 lapangan kerja setiap tahun. Namun, menurut laporan SGIE, tanpa perbaikan layanan langsung seperti makanan halal, ruang salat, dan staf yang paham kebutuhan Muslim, ambisi Thailand masih bisa tertinggal dari pesaing regional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement