Senin 30 Jun 2025 22:17 WIB

Eks PM Israel Sebut Penggulingan Netanyahu dan Penghentian Perang Gaza Mendesak

Netanyahu diduga terlibat dalam sejumlah kasus korupsi.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato pada konferensi pers di Yerusalem, 21 Mei 2025.
Foto: EPA-EFE/RONEN ZVULUN / POOL
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato pada konferensi pers di Yerusalem, 21 Mei 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV- Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengatakan pada Ahad (29/6/2025), bahwa menggulingkan pemerintahan Benjamin Netanyahu telah menjadi hal yang mendesak, dan menekankan perlunya menghentikan perang di Gaza.

"Tidak ada yang lebih mendesak daripada memperbarui perjuangan untuk menjatuhkan pemerintahan terburuk dalam sejarah kita," tegas Barak.

Baca Juga

Dia mengatakan bahwa mengakhiri perang di Jalur Gaza sangat penting. Hal ini muncul ketika Times of Israel mengungkapkan, mengutip seorang pejabat Amerika Serikat, bahwa Washington berencana untuk menekan Menteri Urusan Strategis Israel untuk mengakhiri perang Gaza.

Namun, pemerintah Israel masih menolak dengan tegas untuk mengakhiri perang di Gaza meskipun ada rekomendasi dari tentara penjajah itu untuk menghentikan pertempuran dan membuat kesepakatan damai dengan Hamas.

Surat kabar Israel Hayom mengutip orang-orang yang dekat dengan Netanyahu yang mengatakan, "Apa yang diusulkan hanyalah kesepakatan sesuai dengan rencana Witkoff, setelah itu kita bisa kembali ke medan perang."

Hamas tidak dikalahkan

Menurut surat kabar tersebut, Netanyahu "tidak berkompromi dengan tujuan perang, dan mengakhiri perang tidak ada di atas meja."

Surat kabar tersebut mengutip pejabat pemerintah yang mengatakan, "Kami menolak pernyataan tentara bahwa Operasi Kendaraan Gideon akan segera berakhir karena Hamas belum dikalahkan."

"Hamas masih memiliki para pemimpin senior, pasukan reguler dan kendali atas operasi keamanan," kata pejabat pemerintah Israel.

Mengenai Iran, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengatakan bahwa jika tidak ada kemajuan dalam negosiasi dengan Teheran, "kita akan berada dalam perang gesekan."

Mantan perdana menteri ini menolak laporan bahwa serangan Amerika Serikat dan Israel telah menghancurkan program nuklir Iran.

Dia menekankan bahwa Iran tetap menjadi "negara nuklir ambang batas" meskipun telah menerima berbagai pukulan.

"Kita tidak boleh menipu diri sendiri, kita belum menghilangkan ancaman nuklir dan rudal Iran," kata Barak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement